Identifikasi
Bentuk Lahan dengan Penggunaan Lahan
Terutama yang
Terbentuk Secara Alami
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
GEOMORFOLOGI TERAPAN
Dosen
Pengampu: Dr.
Ribaldi
Disusun oleh:
Citra Dewy, S.Pd
Nim:1303677
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN GEOGRAFI
PPs FIS UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2013
Identifikasi Jenis Bentuklahan (Landform)
Dalam geomorfologi dikenal istilah bentuklahan
(landform) dan bentanglahan (landscape). Keduanya memang
mirip dan memiliki keterkaitan tapi memiliki arti yang berbeda
Bentuk lahan merupakan suatu kenampakan
medan/fisik yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan
karakteristik fisikal dan visual yang unik dan berbeda satu sama
lain. Verstappen (1983) mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan
genesisnya (proses terjadinya) menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan, yaitu:
1. Bentuklahan
asal proses volkanik (V):
bentuk lahan yang berasal dari
aktivitas vulkanisme atau merupakan
kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api.
contoh: kaldera, kawah, laccolith, kerucut gunungapi, dan madan lava.
2.
Bentuklahan asal proses struktural (S): bentuk lahan yang berasal dari proses
geologi. contoh: pegunungan patahan, bukit, patahan, kubah, lipatan sinklin dan antiklin.
Bentuk lahan
struktural terjadi oleh karena adanya proses endogen yang disebut tektonisme
atau diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan
kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi: lipatan dan patahan. Selain itu
terdapat pula struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum
mengalami perubahan. Dari struktur pokok tersebut, selanjutnya dapat di rinci
menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.
Bentuk lahan structural di cirikan oleh adanya pola aliran Trellis yang
tersusun dari sungai-sungai konsekuen, subsekuen, resekuen, dan obsekuen.
Bentuk lahan
ini di tentukan oleh tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya deformasi
perlapisan batuan dengan menghasilkan struktur lipatan, dan patahan, serta
perkembangannya. Bentuk lahan di cirikan oleh adanya perlapisan batuan yang
mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat adanya tenaga endogen
tersebut terjadi deformasi sikap (attitude) perlapisan batuan yang semula
horizontal menjadi miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan. Penentuan
nama suatu bentuk lahan structural pada dasarnya di dasarkan pada sikap
perlapisan batuan (dip dan strike).
Dalam
berbagai hal, bentuk lahan struktural berhubungan dengan perlapisan batuan
sedimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi. Bentuklahan lahan struktural
pada dasarnya dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur patahan dan
lipatan. Kadang-kadang pola aliran mempunyai nilai untuk struktur geologis yang
dapat dilihat dari citra. Plateau struktural terbentuk pada suatu daerah yang
berbatuan berlapis horisontal, sedang cuesta dan pegunungan monoklinal terdapat
dip geologis yang nyata. Batuan berlapis yang terlipat selalu tercermin secara
baik pada bentuklahannya. Skistositas akan berpengaruh pada bentuklahan pada
daerah dengan batuan metamorfik, lebih lanjut patahan dan retakan mempunyai
pengaruh juga pada perkembangan landform.
Dalam
beberapa kasus, bentuk-bentuk struktural dipengaruhi oleh proses-proses
eksogenitas dari berbagai tipe, sehingga terbentuklah satuan
struktural-denudasional. Struktur-struktur
geologi seperti lipatan, patahan, perlapisan, kekar maupun lineaman (kelurusan)
yang dapat diinterpretasi dari foto udara dan peta geologi merupakan bukti
kunci satuan struktural. Pola aliran sungai yang ada akan mengikuti pola
struktur utama, dengan anak-anak sungai akan relatif sejajar dan tegak lurus
dengan sungai induk.
Beberapa
fenomena bentukan struktural antara lain : flatiron, hogbacks, cuesta,
pegunungan lipatan, dome/kubah, pegunungan patahan dan pegunungan kompleks.
Flatiron (Sfi) merupakan morfologi pegunungan / perbukitan dan dibentuk oleh
lapisan dengan kemiringan relatif tegak, ujung atasnya meruncing dan bentuk
seperti seterika. Hogbacks (Shb) berbentuk punggungan lebar yang miring ke arah
lapisan dan gawir yang terjal miring ke arah berlawanan dengan arah kemiringan
lapisan, besar sudut > 30° (dip). Jika kemiringan punggungan melandai sesuai
dengan dip lapisan sebesar ± 15° disebut cuesta (Scu). Dome atau pegunungan
kubah (Spk) merupakan struktur lipatan pendek regional, dengan sudut kemiringan
kecil melingkar ke segala arah (radier) membentuk bulat atau oval. Antiklinal
pendek yang menunjam ke kiri-kanannya cenderung membentuk kubah dengan ukuran
bervariasi. Pola aliran umumnya melingkar (annular). Pegunungan lipatan (Spl)
mempunyai morfologi yang spesifik dengan adanya punggungan antiklinal memanjang
dan lembah sinklinal yang harmonis, dimana topografinya mengikuti lengkungan
lipatan. Pola aliran sungai akan mengikuti struktur utama (konsekwen
longitudinal), kemudian disusul anak-anak sungai yang menuruni lereng
punggungan tegak lurus sungai utama yang disebut subsekwen, yang akhirnya membentuk
pola trellis.
Pegunungan patahan (Spp) merupakan struktur
patahan yang umumnya dibatasi oleh adanya gawir sesar (bidang patahan) yang
terjal, kelurusan dan pola aliran yang menyudut-patah (regtangular). Asosiasi
antara struktur lipatan dengan patahan umumnya lebih terjadi membentuk struktur
pegunungan kompleks (Spk) dengan konfigurasi permukaan yang unik dan tidak
teratur.
Kenampakan
pada foto udara untuk masing-masing struktur akan terlihat jelas dan spesifik,
dengan didukung oleh fenomena tertentu seperti gawir patahan yang lurus dan
terjal, kelurusan vegetasi atau igir/punggungan, pola aliran yang saling tegak
lurus dengan anak-anak sungai yang relatif sejajar kemudian menyebar keluar,
topografi kasar, pola tidak teratur, vegetasi jarang dan penggunaan lahan untuk
lahan tegalan atau hutan reboisasi/konservasi.
CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
1.
Dip Dan Strike
Dip merupakan sudut perlapisan batuan yang di ukur terhadap bidang
horizontal dan tegak lurus terhadap salah satu jurus (stike), sedangkan stike
adalah arah garis perpotongan yang di bentuk oleh perpotongan antara bidang
perlapisan dengan bidang horizontal.
2.
Horison Kunci Jelas
Merupakan tanda yang terdapat pada bekas permukaan daerah yang
mengalami patahan.
3.
Adanya Sesar, Kekar, Pecahan
a. Sesar
Rasanya tidak
ada yang istimewa dari tebing batu seperti itu. Namun jika kita amati lagi dari
puncak Gunung Batu tersebut, akan terlihat 2 blok tanah, yang satu seakan habis
naik menjulang ke atas, yang satu lagi jadi lebih rendah. Bidang kontak antara
2 blok tersebut disebut sesar. Karena letaknya di daerah lembang, maka disebut
sesar lembang.
Dalam istilah geologi, sesar tersebut termasuk fault scrap
(sesar gawir/tebing), dimana blok yang menjulang ke atas disebut hanging wall
(atap sesar) dan blok yang lebih rendah disebut foot wall (alas sesar). Sesar
tersebut membentang sepanjang 22 km dari timur ke barat. Sesar
ada bermacam-macam tipenya, tergantung dari gerakan relatif blok di satu sisi
sesar terhadap yang lain, diantaranya. Hasil pergeseran kerak bumi sisi satu
dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall turun ke bawah dari sisi
footwallnya, sesar ini hasil dari gaya ekstensi kerak bumi.
2. Sesar
Naik (thrust fault)
hasil pergerakan kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada
posisi hangingwall terdorong ke atas dari sisi footwallnya, sesar ini hasil
dari gaya kompresi kerak bumi.
3.
Sesar geser (strike-slip or transform, or wrench fault)
sesar permukaan dimana footwall bergerak ke kiri atau kekanan atau
pegerakan lateral dengan sedikit pergerakan vertikal.
Berikut dijelaskan mengenai ciri-ciri sesar yaitu:
1.
Trapezoidal facet, bentuk daerah yang menyerupai
trapeziuM
2.
Triangle facet, sistem lembah berbentuk
segitiga
3.
Hanging valey, suatu lembah yang letaknya diatas
lembah yang sekarang ada.
4.
breksi besar, merupakan lapisan butiran batuan
runcing-runcing pada dinding permukaan sesar.
5.
Milovit, hancuran batuan-batuan seperti tepung
sebagai akibat gesekan pada sesar
6.
Jalur mata air pada tebing sesar sebagai akibat
butiran permeable tersingkap
7.
Slicken side, permukaan alur yang licin pada
permukaan sesarr karena gesekaN
8.
Cermin sesar, permukaan mengkilap pada
permukaan batuan akibat gesekaN
9.
Kelurusan, terdapat pola permukaan yang lurus
karena patahan pada sesar
10.
gawai sesar, merupakan dinding patahan yang
terjal dan memanjang
11.
Perbedaan topografi yang menyolok pada daerah
yang patah
12.
Lapisan batuan tidak continue(omisi) karena
adanya patahan
4.
ADANYA MATERI INTERUSIF: DIKE,
KUBAH, GRANIT
MACAM-MACAM
BENTUK LAHAN STRUKTURAL
1.
Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan
horizontal)
2.
Dataran rendah, adalah daerah yang memiliki
elevasi antara 0-500 kaki dari permukaan air laut.
3.
Dataran tinggi (pletau), adalah daerah yang
menempati eleevasi diatas 500 kaki diatas permukaan air laut, berlereng sangat
landai atau datar berkedudukan lebih tinggi daripada bentang alam di
sekitarnya.
4.
Bentang alam dengan struktur miring, dibagi
menjadi 2 :
a. Cuesta,
kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri denag sudut lereng yang
searah perlapisan batuan kurang dari 300 (Tjia, 1987).
b.
Hogback, sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng
yang searah perlapisan batuan lebih dari 300(Yjia, 1987). Hotback
memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama sehingga
terlihat simetri.
SATUAN
BENTUK ASAL STRUKTURAL
1.
Pegunungan Blok Sesar
Pegunungan blok sesar adalah pegunungan
yang tersusun dari batuan klastik, ditandai oleh berbagai bentuk patahan,
misalnya: graben,sembul,triangle facet,dan sebagainya
2. Gawir Sesar
Gawir sesar yaitu tebing patahan
memanjang, terjadi karena adanya dislokasi.
3. Pegunungan Dan Perbukitan Antiklinal
Pegunungan /perbukitan antiklinal adalah
pegunungan yang tersusun dari batuan plastis, terjadi atas unit-unit punggung
lipatan. lembah yang terdapat dipuncak antiklin setelah tererosi adalah combe.
Antiklinal merupakan bagian lipatan yang
memiliki posisi lebih tinggi dari bagian lipatan lainnya. Lipatan antiklinal
akan membentuk bumi menjadi cembung, contohnya pegunungan atau perbukitan.
4. Perbukitan Atau Pegunungan Sinklinal
Sinklinal merupakan bagian lipatan yang
memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan
sinklinal akan membentuk permukaan bumi menjadi cekung, contohnya lembah.
Pegunungan/perbukitan sinklinal tersusun
dari batuan plastis, terdiri atas lembah-lembah lipatan.
5. Pegunungan Monoklinal
Pegunungan/perbukitan monoklinal adalah
pegunungan lipatan yang terjadi karena adanya tekanan pada satu titik saja yang
tingginya >500m disebutpegunungan monoklinal, <500m disebut perbukitan
monoklinal. monoklinal(homoklinal yang lerengnya ≥11⁰disebut
cuesta.
6. Pegunungan Atau Perbukitan Kubah
Pegunungan/perbukitan kuba (dome) adalah
pegunungan/perbukitan tunggal yang lerengnya landai, trjadi karena proses
updoming. kubah yang berstadia dewasa dipuncaknya terdapat sistem lembah
berbentuk segitiga (triangle facet) yang disebut flat iron.
Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh
material batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya
terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan.
7.
Pegunungan Atau Perbukitan Plato
Pegunungan/perbukitan plato, merupakan tanah datar dengan
struktur horizontal, dengan ketinggian >500 m untuk pegunungan dan<500m
untuk perbukitan. pada umumnya dikelilingi oleh klompok volkan atau rangkaian
pegunungan.
8.
Teras Struktural,
Merupakan permukaan bertingkat yang terjadi oleh pengangkatan yang
berulang-ulang pada suatu tempat, misalnya step fault.
9.
Perbukitan Mesa
Perbukitan yang puncaknya dengan struktur horizontal sebagai akibat
proses erosi. perbukitan yang mirip mesa tetapi puncaknya lebih sempit disebut butte.
messa dan bute berasal dari plato yang tererosi.
10.
Graben (Slenk)
Tanah patahan yang turun sehingga permukaannya lebih rendah dari daerah
sekitar. terjadi karena daerah ttersebut mengalami penurunan/penenggelaman.
11. Sembul
(Horst)
Tanah patah yang lebih tinggi dari daerah sekitar, terjadi karena
pengangkatan (up lift). kenampakan dominan pada bentuk lahan asal structural
adalah adanya sesar yang disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan (dislokasi)
batuan disuatu tempat
3.
Bentuklahan asal fluvial: bentuk lahan akibat pengerjaan sungai. contoh:
meander, gosong pasir, dataran banjir (flood plain), point bar.
4.
Bentuklahan asal solusional (S),
merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses
pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite,
karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva,
merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
5.
Bentuklahan asal denudasional: bentuk lahan akibat proses erosi dan degradasi.
contoh: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan kritis.
Definisi Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude
yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan
permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai
suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak
masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi
atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung
menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan
permukaan bumi.
Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
Ciri-ciri dari
bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
1. Relief
sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak
ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat
dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
4. Relief
lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci
satuan bentuk lahan
5. Litologi
menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi
proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi
1. Pelapukan
Pelapukan (weathering)
dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga
pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis
dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut
Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik
batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada
batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari
suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena
telah berjalan dalam
jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan
sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis,
bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan
hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita
kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan adalah:
1. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan,
bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih lambat
terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang
tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone,
resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada
iklim kering.
2. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan
sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh
Iklim kering, jenis pelapukannya
fisis
- Iklim basah, jenis pelapukannya
kimia
- Iklim dingin,
jenis pelapukannya mekanik
c.Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai
peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi
karena:
- Secara mekanis
akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar
menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi
tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat
mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat
pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan
mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia
pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu
daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan
dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
d.Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah
datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses
pelapukan.
Interupsi ke dalam Pori-pori atau celah batuan
1. Frost weathering(forst
wedging)
Di daerah iklim dingin air membeku menyebabkan vulome
bertambah ± 10 % dan tekanannya bertambah ± 1 ton / inchi. Proses ini
mnyebabkan batuan pecah karena mengalami beku celah (kryoturbasi).
2. Salt weathering
Di daerah iklim kering air menguap,
menyebabkan garam-garaman, misal NaCl, MgSO4, KCl mengendap didalam pori-pori
batuan tersebut meneka batuan hingga pecah.
Gambar 2.1
Hasil pelapukan fisis (mekanis)
2. Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan
yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas
asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang
menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas pelapukan kimiawi :
1. Komposisi
batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi
dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang
mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat lapuk daripada
mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
2. Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya
ilim hujan tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi
cepat lapuk.
3. Ukuran
batuan
Makin
kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
4. Vegetasi
dan binatang
Dalam hidupnya vegetai dan binatang menghasilkan
asam-asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan
batuan. Artinya vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.
Adapun jenis-jenis pelapukan kimiawi adalah sebagai
berikut:
1. Hidrolisa
Yaitu pelapukan
kimia yang disebabkan oleh air yang bereaksi langsung dengan mineral penyusun
batuan, terjadi pengantian kation metal seperti K+, Na+,
Ca++, Mg++, oleh ion H+. Bisa juga disebut
reaksi senyawa air dengan senyawa lain yang menyebabkan senyawa bersangkutan
terurai menjadi basa dan asam serta terlepas dari struktur mineral. Contoh
hidrolisa adalah seperti berikut:
4NaAlSiO3O8 +
6H2O ---------> Al4Si4O10(OH+8Si)2
+ Na+
(albit) (air) +4OH Ã
kaolinit
2. Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang
disebabkan reaksi oksigen terhadap mineral besi terhadap batuan terutama jika
batuan dalma keadaan basah. Pengaruh oksidasi tampak jelas pada batuan yang
mengandung besi. Perubahan warna akibat oksidasi dapat mudah diamati. Salah
satu reaksinya dapat digambarkan dalam persamaan berikut:
4FeO + 3H2O + O2
-------> 2FeO33H2O
Warna coklat pada batuan itu menunjukkan hasil oksidasi
batuan yang mengandung besi.
3. Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang dusebabkab oleh
CO2 dan air membentuk senyawa ion bikarbonat (HCO3) yang
aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung kation-kation Fe, Ca,
Mg,Na dan K. Pada proses ini tejadi dekomposisi pada batuan atau perubahan
fisik. CO2
bekerja sebagai faktor pelapuk yang terpenting, air yang mengandung asam arang
mempunyai daya melapukkan yang kuat. Gas asam arang dalam air itu diperoleh
dari udara atau dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batuan yang paling mudah lapuk oleh
proses karbonasi adalah batu gamping,dekomposisi batuan gamping adalah seperti
berikut
CaCO3 + H2O +
CO2 -------> Ca (HCO3)2
CaCO3 : calsite
CaCO2 : Cacium bicarbonat
Cacium bicarbonate itu mudah larut
dalam air, dengan demikian air yang mengandung CO2 lebih mudah
melarutkan Cacium bicarbonate (CaCO3) dari pada yang tidak
mengandung CO2.
4. Hidrasi
Hidarasi berarti adsorpsi air,
ardsorpsi air adalah penarikan air oleh sesuatu zat, tetapi tidak terus masuk
ke dalam zat tersebut, melainkan hanya di permukaan saja. Berbeda dengan
absorpsi dimana meresapkan zat yang tertangkap itu ke dalam seluruh zat
penangkap. Contoh:
2Fe2O3 + 3H2O ---------->
2Fe2O33H2O
(hematit) (air) (limonit)
Dengan demikian, volume limonit>hematit, kristalin
menjadi nonkristalin.
5. Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan
oleh hilangnya silikat pada batuan terutama basaltis.
6. Pelarutan
atau penghancuran (solution/dissolution)
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang
mengalami dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contoh: kuarsa mengalami
pelarutan.
SiO2
+ 2H2O --------> Si(OH)4
Gambar 2.2 hasil pelapukan Kimiawi
3.
Pelapukan
organik,
yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau
kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di
dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu
berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam
makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh
akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon,
pembangunan maupun penambangan.
Gambar 2.3 hasil pelapukan organik
2. Gerakan massa batuan (mass wasting)
yaitu perpindahan
atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh gaya
berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting
itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini
mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam
erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang
mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang
kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit
dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu
memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut.
Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi
atau gaya tarik bumi
Faktor-faktor
pengontrol mass wasting antara lain:
1. Kemiringan
lereng,
Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk
lahan semakin besar peluang terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin
berat pula.
2. Relief
lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar,
misal kubah, perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass
Wasting.
3. Ketebalan
hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,
Ketebalan hancuran batuan atau Debris
diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan yang berada diatas batuan
dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena permukaan
yang labil makin besar pula.
4. Orientasi
bidang lemah dalam batuan,
Pada umumnya Mass wasting akan
mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena orientasi bidang lemah
tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan bergerak.
5. Iklim,
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat
atau lambatnya Mass wasting.
6. Vegetasi,
Daerah yang tertutup oleh vegetasi
atau tumbuh-tumbuhan peluang untuk terjadinya Mass Wasting kecil, karena
vegetasi dapat menahan laju gerakan massa batuan di permukaan.
7. Gempa
bumi,
Daerah yang sering mngalami gempa bumi cenderung labil,
sehingga peluang terjadinya Mass wasting besar.
8. Tambahan
material pada bagian atas lereng
Di daerah gunung api aktif sering
terjadi penambahan material di bagian atas lereng akibat letusan sehingga akan
memperbesar peluang terjadinya Mass wasting.
Klasifikasi mass wasting:
1.
Slow
flowage (gerakan lambat)
Gerakan lambat meliputi rayapan dan solifluksi. Rayapan (creep)
adalah pemindahan massa batuan yang lambat hingga tidak mudah diamati.
Menurut bahan yang dipindahkan dan cara pemindahannya masih dapat diklasifikasikan
lagi menjadi:
● Rayapan tanah (soil
creep):
Yaitu
gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1cm/th ) menuruni lereng,
sebagai akibat gravitasi. Akibat dari adanya rayapan ini tidak jelas hanya saja
pada tiang telepon, tiang listrik, pohon-pohon menjadi miring/agak miring.
Lahan seperti ini tidak baik untuk dijadikan lahan persawahan ataupun untuk
permukiman.
Gambar 2.4 Soil
creep
● Rayapan puing
hasil rombakan batuan (talus creep),
Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus
creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep, hanya bahannya saja yang
berbeda. Gejala ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami pergantian
antara pembekuan dan pencairan kembali.
● Rayapan batu (rock
creep):
Apabila bahan-bahan yang bergerak
berupa bongkah-bongkah besar dengan gerakannya yang perlahan-lahan.
● Rayapan lawina
batuan (rock glacier creep):
Dilihat dari segi bahannya sama
dengan rock creep. Perbedaannya adalah bahwa pada rayapan lawina, batuan tampak
seperti anak-anak sungai (bercabang-cabang yang menggerakan massa batuan
tersebut menuruni lereng).
● Solifluksi,
yaitu pengaliran massa batuan yang jenuh akan air. Hal ini terjadi terutama di
daerah dingin (daerah lintang tinggi dan di daerah pegunungan tinggi). Oleh
karena itu, jelaslah bahwa dalam proses ini terdapat kadar air yang tinggi,
namun demikian air dalam hal ini tidak menjadi faktor pengangkut. Ada beberapa
faktor yang mendorong untuk terjadinya solifluksi, yaitu:
· Proses pelapukan berlangsung cepat
· Adanya persediaan air yang cukup,
biasanya dari pencairan salju
· Adanya lereng yang curam dan tidak
bervegetasi
2.
Rapid
flowage (gerakan cepat),
Pemindahan cepat ini disebabkan oleh
adanya kadar air yang lebih tinggi, sehingga batuan/tanah yang bergerak itu
jenuh. Oleh karena itu, diperoleh kesan bahwa batuan itu mengalir. Pemindahan
secara cepat ini meliputi:
● Aliran tanah (Earth flow)
Adalah aliran
massa batuan yang jenuh air menuruni lereng. Gerakan/ aliran ini dibedakan sebagai berikut:
1. Earth Flow murni, alirannya sejajar permukaan.
2. Gabungan earth flow dan
mendatar (slumping, kadang-kadang alirannya intermittent dan mengalami rotasi
ke belakang (back ward rotation)
Gambar 2.5 Earth flow
● Aliran lumpur (Mud
flow)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan
air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.
Penyebabnya adalah:
1. Material
tidak kompak, melicin jika basah.
2. Berada
di lereng terjal.
3. Ada
air yang bergerak.
4. Vegetasi jarang.
● Lawina hasil
rombakan (Debris avalanche)
yaitu aliran hancuran batuan halus
yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.
3. Very rapid flowage (gerakan sangat cepat),
gerakan ini didominasi pengaruh gravitasi.Gerakan ini meliputi slumping,
debris slide, rock slide, debris fall, dan rock fall.
♦ slumping
(nendatan) adalah merupakan gerakan massa tanah atau batuan secara
terputus-putus dan hanya menempuh jarak dengan memperlihatkan gerak berputar ke
belakang, hingga tampak pada permukaannya seperti yang disesar naikan. Seringkali
tanah nedat itu merupakan suatu rangkaian, sehingga tampak berteras-teras
kecil. Penyebab slumping yang terpenting adalah pengirisan di bawah lereng oleh
sungai, gelombang atau secara antropogenis.
♦ Debris slide
merupakan lahan longsor yang biasa, tidak terjadi gerakan ke belakang melainkan
batuan itu berguling-guling atau meluncur ke bawah. Kadar airnya rendah. Jika
kadar airnya tinggi akan terjadi debris avalanhce.
♦Rock Slide, adalah gerakan
batuan meluncur diatas bidang batas lapisan atau bidang retakan yang miring.
4. Terban/ amblesan (subsidence),
gerakan massa batuan tipe ini adalah ke bawah atau vertikal tanpa disertai
gerakan mendatar/horisontal. Hal ini dapat terjadi apabila atap goa bawah tanah
runtuh, ketika tidak kuat menahan lapisan batuan yang ada di bagian atas goa.
Subsidence juga bisa terjadi karena adanya tenaga tektonik yang dapat
menimbulkan patahan ada kulit, sehingga terjadi patahan. Patahan tersebut
ambles ke bawah dan dapat berupa slenk.
3. Erosi
Erosi adalah suatu proses
geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga
geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi
erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran
air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan
untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
1. Iklim:
Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur,
kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan
distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan
aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen
transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur,
kelembaban dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga
mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
2. Topografi: kemiringan lereng,
panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng mempengaruhi erosi.
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng
memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran
permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar
erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
3. Vegetasi, berperan untuk mengurangi
kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran permukaan dan
jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:
- Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.
- Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung bagaimana manusia mengelolanya.
Setiap proses erosi merupakan
gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil
pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan
secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan saling
bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi
berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan
sebagainya.
Untuk itu, dalam memperjelas
bagaimana hubungan dari antar proses disajikan dalam Tabel berikut:
Pelaku
erosi
|
Proses pengambilan
Bahan
lepas
|
Proses
pengikisan oleh bahan yang diangkut
|
Proses saling mengikis
antara
bahan yang diangkut
|
Cara
pengangkutan
|
Air
mengalir
|
Hydrolic action
atau fluviraption
|
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
|
Attrition
|
Flotation, Solution
Suspension, Salta-tion,
Traction
|
Gelombang
dan arus
laut/
danau
|
Hydrolic
action
|
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
|
Attrition
|
Flotation,Solution
Suspension
Saltation,
Traction
|
Air tanah
|
-
|
corrosion
|
-
|
Solution
|
Angin
|
Deflation
|
Corrasion dan
abrasion
|
Attrition
|
Suspension
Saltation,
Traction
|
Gletser
|
Scouring
Plucking
|
Corrasion/ abrasion
dan
gouging
|
Attrition
|
Suspension
Traction
|
Sumber:
Adiwikarta & Akub, 1977
Penjelasan terhadap istilah-istilah
yang ada dalam Tabel diatas, adalah sebagai berikut:
● Hydraulic action atau fluviraption
adalah pengambilan bahan lepas oleh air mengalir, oleh gelombang dan arus
laut. Kalau pengambilan itu dilakukan oleh angin dinamakan deflation (deflasi),
sedangkan kalau dilakukan oleh gletser dinamakan scouring. Dengan sendirinya
air tanah tidak mengambil bahan lepas.
●Plucking adalah lepasnya
batuan oleh gletser akibat dari pembekuan pada celah-celah batuan yang
dilampaui gletser, sedangkan sapping sama dengan plucking,
tetapiditujukan kepada dasar lembah.
●Corrasion (korasi) atau
abrasion (abrasi) adalah lepasnya butiran-butiran batuan dari batuan
induknya disebabkan oleh tumbukan atau gesekan batuan lain yang sedang dalam
pengangkutan.
●Corrosion (korosi) adalah
lepasanya butiran-butiran batuan oleh proses pelarutan. Mudah dipahami bawa
angin tidak dapat melarutkan.
●Gouging adalah pembuatan
cekungan pada permukaan batuan oleh pengerjaan gletser.
●Attrition (atrisi) adalah
peristiwa saling bergesekan dan saling bertumbukan antara butiran-butiran
batuan yang bersama-sama dalam pengangkutan, sehingga butiran-butiran itu makin
lama makin kecil.
●Flotation adalah cara
pengangkutan diatas permukaan tenaga pengangkutnya (terapung). Dari kelima
pelaku erosi hanya air mengalir (sungai) dan air laut/danaulah yang dapat
mengangkut dengan cara ini.
●Solution (larutan) berarti
benda yang diangkut itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tenaga/zat
pengangkut. Cara ini berlaku untuk butiran-butiran yang halus ringan, seperti
abu di dalam udara atau lanau dalam air. Cara ini disebabkan oleh turbulensi
dari tenaga pengangkut.
●Saltation berarti cara
pengangkutan yang menyebabkan bahan yang pengangkut itu melompat-lompat pada
dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.
●Traction adalah cara
pengangkutan dengan jalan digulingkan/ digelundungkan atau digeser-geser pada dasar
tempat tenaga pengangkut bergerak.
Klasifikasi
bentuk erosi :
- Erosi percik (splash erotion),
ialah proses
percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh pukulan tetes air
hujan terhadap tanah dalam keadaan basah (Yunianto, 1994).
- Erosi lembar (sheet erosion)
adalah erosi
yang terjadi karena pengangkutan atau pemindahan lapisan tanah yang hampir
merata ditanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan. Erosi ini sepintas lalu tidak
terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat
berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.
o
Erosi
alur (rill erosion).
Erosi ini terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran
kecil (alir) yang dalamnya <30 cm, dan terbentuk terutama dilahan pertanian
yang baru saja diolah. Erosi ini dimulai dengan genangan-genangan kecil
setempat-setempat di suatu lereng, maka bila air dalam genangan itu mengalir,
terbentuklah alur-alur bekas aliran air tersebut. Alur-alur itu mudah
dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Gambar 2.10 Rill
erosion carves "grooves" into a hillslope.
o
Erosi
parit (channel erosion).
Erosi ini terbentuk sama dengan erosi alur, tetapi tenaga erosinya berupa
aliran lipasan dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam sehingga
tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa.
Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti.
Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding
tebing parit di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke
dasar parit. Adanya gejala meander dari alirannya dapat meningkatkan
pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu.
Gambar 2.11 Channel erosion on the Pit River near Lookout.
4. Sedimentasi atau Pengendapan
Sedimentasi adalah proses penimbunan
tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-bahan hasil erosi yang terbawa oleh
aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi Purwantara, 2005:74). Sedimentasi
tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil erosi saja, tetapi juga
dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses erosi.
Sedimentasi terjadi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang
(melambat). Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas
: Sedimentasi air sungai (floodplain dan delta), air laut, angin, dan geltsyer.
2.4. Satuan
Bentuk Lahan Asal Denudasioal
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung
dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat
terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang dalam,
berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses
pendalaman lembah (valley deepening).
Gambar 2.13. Pegunungan Denudasional
di Daerah Wonogiri
2.Perbukitan Denudasional
Mempunyai
topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga
kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper
72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha.
Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional
terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga
terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
Gambar 2.14.
Bukit yang terbentuk dari proses denudasional di P. Berhala
3.Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang
bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah
tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang
disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan
penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan
penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka
disebut permukaan planasi.
Gambar 2.15 Dataran Nyaris Terjadi
karena letusan gunung Merbabu pada tahun 1968 yang menyebabkan erosi sehingga membentuk
dataran tinggi yang lebar dan terpisah pada puncak-puncaknya yang kemudian
membentuk kaldera-kaldera yang telah mati seperti Kawah Condrodimuko, Kawah
Kombang, Kawah Kendang dan Kawah Sambernyowo.
Gambar 2.16. Dataran nyaris yang
terjadi akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan atau perbukitan
4.Perbukitan
Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat
proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan
meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah
atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan
banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada
pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan,
dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan
dinding curam tersebut monadnock.
Gambar 2.17 Inselberg di skotlandia
5.Kerucut Talus (Talus cones)
atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi
berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke
bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
Gambar 2.18. Kerucut talus sebagai
akibat pelapukan pada lereng pegunungan yang sangat curam.
Gambar 2.19 Talus Cones in Banff
National Park, Alberta.
6.Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan
relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai
hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah
atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan
induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil
pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih
rendah.
7.Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai
topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat
sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta
berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully
erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan
(rock outcrops).
Gambar
2.20 Badland di Bahia Brazil
2.5.
6.
Bentuklahan asal eolin (E): bentuk lahan akibat proses erosi angin. contoh:
parallel, parabolik, bintang,
lidah, transversal gumuk pasir (sandune)
dan barchan.
7.
Bentuklahan asal marine: bentuk lahan akibat aktivitas air laut oleh tenaga gelombang, arus, dan
pasang-surut. contoh: tombolo, clift, arch, stack. Selain itu terdapat
kombinasi antara bentuklahan marine dengan fluvial (fluvio-marine) karena
sungai bermuara ke laut, contoh: delta, estuari.
8.
Bentuklahan asal glasial: bentuk lahan akibat pengerjaan es (gletser).
contoh: lembah menggantung.
9.
Bentuklahan asal organik: bentuk lahan akibat pengaruh aktivitas organisme.
contoh: mangrove, terumbu karang.
10.
Bentuklahan asal antropogenik: bentuk lahan akibat aktivitas manusia.
contoh: kota, pedesaan, waduk, taman.
Bentuk Penggunaan Lahan
Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak
sederhana biasanya sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya
alam. Contohnya pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sementara, mata
pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya lebih mendekati
sektor-sektor yang tidak terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan
sumber daya alam seperti jasa, transportasi, dan pariwisata. Sedangkan
bentuk-bentuk penggunaan lahan di Indonesia dari tempat satu ke tempat lain
beragam bentuknya, tergantung kondisi fisik/lingkungan setempat. Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa pola kegiatan ekonomi penduduk
di Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan.
1. Pertanian
Pertanian merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan. Masyarakat agraris mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Berdasarkan bentuknya, pertanian dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Persawahan
Persawahan merupakan pertanian tetap (tidak berpindah) yang menggunakan lahan basah yang diairi secara teratur. Tanaman yang biasanya ditanam pada persawahan adalah padi. Berdasarkan cara pengairannya, persawahan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1) Persawahan irigasi, yakni persawahan yang menggu-nakan sistem pengairan tetap dan teratur dengan membangun saluran pengairan yang mengambil sumber air dari sungai atau danau atau dikenal dengan istilah irigasi.
2) Persawahan lebak yaitu persawahan yang berada di kanan kiri sungai-sungai yang besar. Sistem pengairannya mengandalkan air sungai yang ada.
3) Persawahan tadah hujan, yakni persawahan yang sistem pengairannya mengandalkan air hujan atau tergantung pada curah hujan. Pada musim kemarau, biasanya lahan ditanami tanaman-tanaman palawija.
4) Persawahan pasang-surut, yakni persawahan yang sistem pengairannya memanfaatkan air muara atau rawa yang pasang. Oleh karena itu, persawahan ini biasanya ditemukan di kawasan pantai atau sungai besar yang landai dan memiliki lahan pasang surut.
b. Tegalan
Selain persawahan, usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dapat juga dilakukan dengan menggunakan lahan kering yang disebut dengan tegalan. Tegalan berlokasi pada lahan yang tetap, tidak berpindah-pindah. Tanaman-tanaman yang ditanam pada tegalan biasanya lebih beragam dibandingkan ladang.
c. Perladangan
Selain dilakukan secara menetap, pertanian juga bisa dilakukan secara berpindah-pindah yang disebut dengan perladangan. Perladangan merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dengan cara berpindah-pindah (nomaden) untuk mencari lahan-lahan kosong yang bertanah subur. Lahan yang digunakan dalam perladangan biasanya merupakan lahan kering. Selain berpindah-pindah, pertanian ladang juga belum mengenal sistem irigasi, pengolahan tanah, dan pemupukan. Perladangan biasanya dilakukan penduduk dengan cara membabat pepohonan pada lahan yang ada di hutan dan kemudian ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Tanaman yang biasa ditanam di ladang antara lain tanamantanaman palawija, padi huma, umbi-umbian, dan lainnya.
Perladangan kurang baik bagi kelestarian hutan, bila berlangsung secara terus-menerus dapat membuat hutan menjadi gundul sehingga tanah mudah terkena erosi. Sistem pertanian ladang atau petani nomaden banyak dijumpai di daerah-daerah yang masih mempunyai kawasan hutan yang luas seperti Kalimantan, Sumatra, dan Papua.
2. Perkebunan
Pernahkah kamu mengunjungi atau melihat perkebunan the atau kelapa sawit? Bagaimana luas perkebunan itu menurutmu? Tanaman yang ditanam pada perkebunan tidak terbatas pada tanaman pangan utama, namun juga berbagai jenis tanaman pangan tambahan semacam buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang diperlukan dalam industri juga biasanya ditanam di perkebunan, misalnya kapas, kelapa sawit, tembakau, dan sebagainya.
Perkebunan dapat dijalankan pada lahan yang sempit seperti pekarangan rumah maupun luas yang memerlukan modal besar.
3. Peternakan
Usaha pembudidayaan hewan-hewan darat yang diperlukan oleh manusia, baik untuk dikonsumsi, maupun untuk tujuan lainnya dinamakan peternakan. Faktor-faktor yang mendorong usaha peternakan di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Mempunyai padang rumput yang luas.
b. Iklimnya cocok untuk persyaratan hidup ternak.
c. Memperluas lapangan kerja di bidang peternakan.
d. Dapat diambil bermacam-macam manfaat, seperti dimanfaatkan tenaganya, daging, kulit, susu, dan kotorannya untuk pupuk pertanian.
Peternakan biasanya merupakan mata pencaharian sampingan dari penduduk yang menjalankan usaha pertanian. Berdasarkan jenis hewan yang diternakkan, peternakan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni peternakan hewan besar, peternakan hewan kecil, dan peternakan hewan unggas.
a. Peternakan Hewan Besar
Peternakan jenis ini membudidayakan hewan-hewan bertubuh besar, seperti sapi, kuda, dan kerbau. Ternak hewan-hewan bertubuh besar diambil manfaatnya dalam bentuk susu, daging, kulit, dan tenaganya sebagai alat transportasi. Selain itu, kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alamiah yang diperlukan dalam usaha pertanian dan perkebunan.
b. Peternakan Hewan Kecil
Peternakan hewan kecil membudidayakan hewan-hewan bertubuh kecil, seperti babi, kambing, domba, kelinci, dan lainnya. Manfaat beternak hewan-hewan kecil adalah untuk diambil susu, daging, dan kulitnya.
c. Peternakan Hewan Unggas
Ayam, bebek, angsa, itik, dan puyuh merupakan beberapa contoh hewan unggas yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Manfaat beternak hewan-hewan unggas adalah untuk diambil daging, telur, bulu, atau sebagai penghibur untuk dinikmati suara atau keindahannya.
4. Perikanan
Negara kita kaya akan potensi perikanan. Selain memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki sumber air darat yang melimpah. Semua potensi tersebut dapat digunakan untuk mendukung sektor perikanan.
Berdasarkan jenis perairannya, usaha perikanan dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Perikanan Darat
Perikanan darat merupakan usaha pembudidayaan atau penangkapan ikan yang dilakukan di daratan. Pembudidayaan perikanan darat dapat dilakukan di tambak, keramba, kolam, empang, dan lainnya. Perikanan darat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Perikanan air payau, dilakukan di tepi-tepi pantai yang datar dalam bentuk tambak atau empang. Jenis ikan yang diusahakan adalah udang dan bandeng.
2) Perikanan air tawar, meliputi perikanan di sawah, kolam, danau, sungai, dan keramba. Jenis-jenis ikan yang diusahakan adalah ikan mas, nila, lele, gurami.
b. Perikanan Laut
Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan laut disebut dengan perikanan laut. Penangkapan hewan-hewan laut biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan pesisir. Nelayan biasanya menangkap hewan-hewan laut di kawasan laut-laut dangkal atau zona neritik. Secara tradisional, para nelayan biasanya menggunakan perahuperahu kecil. Penangkapan besar-besaran biasanya menggunakan perahu motor yang besar. Jenis peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan sangat beragam, misalnya pancing, jala, jaring, sero, dan lainnya. Potensi perikanan laut Indonesia sangat besar, karena hampir 60% wilayah Indonesia merupakan perairan laut. Jenis ikan yang dihasilkan antara lain tongkol, cucut, biawak, dan tuna.
Pusat perikanan laut di Indonesia adalah:
1) Bagan Siapi-api (Riau) merupakan pelabuhan ikan terbesar di Indonesia.
2) Cilacap dan Tegal (Jawa Tengah)
3) Muncar (Banyuwangi, Jawa Timur)
4) Airtembaga (Sulawesi Utara).
Hasil penangkapan ikan, baik perikanan darat atau laut perlu diawetkan agar dapat bertahan lama. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain pendinginan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, dan pengalengan.
5. Kehutanan
Lebih dari 50% kawasan darat di Indonesia adalah hutan. Hutan merupakan kawasan yang ditumbuhi beragam jenis pohon. Di kawasan hutan, biasanya tinggal berbagai jenis binatang yang menggantungkan kehidupannya pada hasil-hasil hutan. Sebagai negara yang berada di lintang khatulistiwa, Indonesia memiliki banyak hutan karena curah hujan yang tinggi.
Hutan di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.
a. Berdasarkan Asalnya atau Terjadinya Hutan
1) Hutan alami, yaitu hutan yang tumbuh secara almiah. Contoh: hutan rimba.
2) Hutan buatan, yaitu hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk diambil hasil kayunya untuk industri. Contoh: hutan karet dan hutan jati.
b. Berdasarkan Jenis Tanamannya
1) Hutan homogen, yaitu hutan yang hanya terdiri atas satu jenis tanaman saja. Contoh: hutan jati dan hutan pinus.
2) Hutan heterogen, yaitu hutan yang terdiri atas bermacammacam jenis tanaman, biasanya merupakan hutan alami.
c. Berdasarkan Fungsi atau Manfaatnya
1) Hutan produksi, yaitu hutan yang ditanam untuk dimanfaatkan kayunya, getahnya, dan sebagainya. Contoh hutan jati, hutan pinus, dan hutan karet.
2) Hutan lindung, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi tanah dari erosi dan untuk konservasi hutan. Hutan ini banyak dijumpai di pegunungan atau lerenglereng bukit.
3) Hutan suaka, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi jenis tumbuhan (cagar alam) dan jenis hewan tertentu (suaka margasatwa). Contoh: Kebun Raya Bogor dan Ujung Kulon (badak bercula satu).
4) Hutan wisata, yaitu hutan yang difungsikan untuk wisata dan rekreasi.
Secara umum fungsi dan manfaat hutan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi hidrologis yaitu dapat menyimpan cadangan air.
b. Fungsi ekonomis yaitu dapat diambil hasilnya untuk kegiatan produksi sehingga mendatangkan devisa bagi negara.
c. Fungsi klimatologis yaitu dapat mengatur cuaca atau iklim dan menyegarkan udara.
d. Fungsi orologis yaitu untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
Oleh karena begitu pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan, maka kelestariannya perlu dijaga dari kerusakan, baik dari kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar (ilegal logging).
6. Pertambangan
Pertambangan dilakukan manusia dengan menggali, mengambil, dan mengolah sumber daya alam yang terdapat di perut bumi untuk memenuhi sebagian kebutuhan manusia. Kegiatan pertambangan tidak terbatas pada upaya penggalian dan pengambilan saja, namun juga meliputi upaya-upaya pengolahan sumber daya tersebut untuk dijadikan barang setengah jadi sebagai bahan dasar industri.
Secara garis besar barang tambang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Berdasarkan manfaat atau kegunaannya, barang tambang dapat dibedakan ke dalam tiga golongan.
1) Golongan A, yaitu barang tambang strategis dan penting untuk perekonomian negara. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, bijih besi, tembaga, dan nikel.
2) Golongan B, yaitu barang tambang yang vital dan penting bagi kehidupan orang banyak atau penting untuk hajat hidup orang banyak. Contohnya emas, perak, belerang, fosfat, dan mangan.
3) Golongan C, yaitu barang tambang yang secara langsung digunakan untuk bahan keperluan industri. Contohnya batu gamping, kaolin, marmer, gips, dan batu apung.
b. Berdasarkan bentuknya, barang tambang dikelompokkan sebagai berikut.
1) Barang tambang berbentuk energi, yaitu barang tambang yang dapat menghasilkan tenaga atau energi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, dan uranium.
2) Barang tambang berbentuk mineral logam. Contohnya timah, tembaga, bijih besi, emas, perak, dan nikel.
3) Barang tambang berbentuk mineral bukan logam. Contohnya intan, belerang, gamping, marmer, pasir kwarsa, dan fosfat.
Selain dari pengelompokan di atas, barang tambang dapat dikelompokkan berdasarkan bahan asal pembentukannya yaitu mineral organik dan mineral anorganik. Mineral organik yaitu mineral yang berasal dari sisa makhluk hidup misalnya gas alam, minyak bumi, dan batubara. Mineral anorganik yaitu mineral yang berasal dari sisa-sisa bahan anorganik misalnya kaolin,
batu, pasir kwarsa, yodium. Adapun mineral logam bukan berasal dari organik ataupun anorganik.
Untuk mendapatkan barang tambang yang masih terdapat di alam perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah eksplorasi yaitu melakukan kegiatan penyelidikan dan penelitian pada suatu daerah yang diperkirakan mengandung barang tambang tertentu. Tahap selanjutnya adalah eksploitasi yaitu tahap pengambilan atau penambangan barang tambang di dalam bumi. Wilayah Indonesia sangat kaya akan potensi sumber daya alam. Namun begitu, belum semua potensi yang dimiliki telah dipergunakan secara maksimal.
7. Perindustrian
Perindustrian merupakan usaha manusia untuk mengubah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi. Bidang perindustrian merupakan bidang pencaharian yang terus meningkat. Pemerintah Indonesia berupaya untuk terus mendorong bidang perindustrian agar lebih maju, sehingga dapat menampung banyak tenaga kerja. Berdasarkan besaran proses produksinya, industri dapat digolongkan menjadi industri kecil, industri menengah, dan industri besar.
a. Industri Kecil
Industri kecil merupakan kegiatan industri dalam skala terbatas. Jenis industri ini biasanya berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya pun terbatas dan teknologi yang digunakan dalam industri ini tidak terlalu kompleks. Contohnya antara lain rumah batik, pembuatan makanan ringan, pembuatan anyam-anyaman, dan sebagainya.
b. Industri Menengah
Industri menengah merupakan kegiatan industri yang tidak berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya lebih banyak dari industri kecil dan teknologi yang digunakan dalam industri ini sudah mulai melibatkan mesin-mesin dalam jumlah terbatas. Contohnya antara lain industri percetakan, konfeksi, dan penggergajian kayu.
c. Industri Besar
Industri besar kegiatannya dalam skala besar. Jenis industri ini memerlukan modal besar, dengan jumlah tenaga kerja sangat banyak, dan teknologi yang digunakan sangat kompleks yaitu melibatkan mesin-mesin berukuran besar dalam jumlah banyak. Contohindustri besar adalah pembuatan mobil, pesawat terbang, dan pengolahan besi.
8. Pariwisata
Pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan dengan tujuan rekreasi. Mata pencaharian di sektor pariwisata beragam jenisnya, antara lain berupa penjualan jasa sebagai pemandu (guide), penyedia penginapan (akomodasi), hingga agen perjalanan. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kawasan dan potensi pariwisata. Keindahan alam Indonesia sangat terkenal hingga ke berbagai negara. Namun, masih sedikit penduduk Indonesia yang bekerja di bidang pariwisata.
9. Transportasi dan Jasa
Jasa merupakan usaha manusia untuk membantu manusia lainnya dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu. Sementara itu, transportasi merupakan kegiatan pemindahan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pencaharian penduduk dalam bidang ini pun sangat beragam. Bidang jasa dan transportasi terutama menjadi pilihan pencaharian masyarakat perkotaan. Beberapa contohnya antara lain adalah pekerjaan sebagai penerjemah, penyewaan barang, pengemudi, pilot, masinis, dan sebagainya.
10.Perdagangan
Perdagangan dilakukan untuk menyalurkan dan memasarkan barang jadi dari produsen pada konsumen. Perdagangan diperlukan karena adanya perbedaan jumlah barang atau komoditi tertentu antara suatu kawasan dengan kawasan lain. Berdasarkan besaran dan jenis barang, perdagangan dapat dikelompokkan menjadi perdagangan kecil, perdagangan menengah, dan perdagangan besar. Perdagangan kecil, kegiatannya berupa penyaluran barang langsung kepada pembeli (eceran). Perdagangan menengah kegiatannya berupa penyaluran barang dari pedagang besar pada pedagang kecil sehingga tidak melibatkan konsumen. Perdagangan besar kegiatan melibatkan produsen barang atau pemilik barang dalam jumlah besar dengan para pedagang menengah.
Pertanian merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan. Masyarakat agraris mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Berdasarkan bentuknya, pertanian dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Persawahan
Persawahan merupakan pertanian tetap (tidak berpindah) yang menggunakan lahan basah yang diairi secara teratur. Tanaman yang biasanya ditanam pada persawahan adalah padi. Berdasarkan cara pengairannya, persawahan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1) Persawahan irigasi, yakni persawahan yang menggu-nakan sistem pengairan tetap dan teratur dengan membangun saluran pengairan yang mengambil sumber air dari sungai atau danau atau dikenal dengan istilah irigasi.
2) Persawahan lebak yaitu persawahan yang berada di kanan kiri sungai-sungai yang besar. Sistem pengairannya mengandalkan air sungai yang ada.
3) Persawahan tadah hujan, yakni persawahan yang sistem pengairannya mengandalkan air hujan atau tergantung pada curah hujan. Pada musim kemarau, biasanya lahan ditanami tanaman-tanaman palawija.
4) Persawahan pasang-surut, yakni persawahan yang sistem pengairannya memanfaatkan air muara atau rawa yang pasang. Oleh karena itu, persawahan ini biasanya ditemukan di kawasan pantai atau sungai besar yang landai dan memiliki lahan pasang surut.
b. Tegalan
Selain persawahan, usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dapat juga dilakukan dengan menggunakan lahan kering yang disebut dengan tegalan. Tegalan berlokasi pada lahan yang tetap, tidak berpindah-pindah. Tanaman-tanaman yang ditanam pada tegalan biasanya lebih beragam dibandingkan ladang.
c. Perladangan
Selain dilakukan secara menetap, pertanian juga bisa dilakukan secara berpindah-pindah yang disebut dengan perladangan. Perladangan merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dengan cara berpindah-pindah (nomaden) untuk mencari lahan-lahan kosong yang bertanah subur. Lahan yang digunakan dalam perladangan biasanya merupakan lahan kering. Selain berpindah-pindah, pertanian ladang juga belum mengenal sistem irigasi, pengolahan tanah, dan pemupukan. Perladangan biasanya dilakukan penduduk dengan cara membabat pepohonan pada lahan yang ada di hutan dan kemudian ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Tanaman yang biasa ditanam di ladang antara lain tanamantanaman palawija, padi huma, umbi-umbian, dan lainnya.
Perladangan kurang baik bagi kelestarian hutan, bila berlangsung secara terus-menerus dapat membuat hutan menjadi gundul sehingga tanah mudah terkena erosi. Sistem pertanian ladang atau petani nomaden banyak dijumpai di daerah-daerah yang masih mempunyai kawasan hutan yang luas seperti Kalimantan, Sumatra, dan Papua.
2. Perkebunan
Pernahkah kamu mengunjungi atau melihat perkebunan the atau kelapa sawit? Bagaimana luas perkebunan itu menurutmu? Tanaman yang ditanam pada perkebunan tidak terbatas pada tanaman pangan utama, namun juga berbagai jenis tanaman pangan tambahan semacam buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang diperlukan dalam industri juga biasanya ditanam di perkebunan, misalnya kapas, kelapa sawit, tembakau, dan sebagainya.
Perkebunan dapat dijalankan pada lahan yang sempit seperti pekarangan rumah maupun luas yang memerlukan modal besar.
3. Peternakan
Usaha pembudidayaan hewan-hewan darat yang diperlukan oleh manusia, baik untuk dikonsumsi, maupun untuk tujuan lainnya dinamakan peternakan. Faktor-faktor yang mendorong usaha peternakan di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Mempunyai padang rumput yang luas.
b. Iklimnya cocok untuk persyaratan hidup ternak.
c. Memperluas lapangan kerja di bidang peternakan.
d. Dapat diambil bermacam-macam manfaat, seperti dimanfaatkan tenaganya, daging, kulit, susu, dan kotorannya untuk pupuk pertanian.
Peternakan biasanya merupakan mata pencaharian sampingan dari penduduk yang menjalankan usaha pertanian. Berdasarkan jenis hewan yang diternakkan, peternakan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni peternakan hewan besar, peternakan hewan kecil, dan peternakan hewan unggas.
a. Peternakan Hewan Besar
Peternakan jenis ini membudidayakan hewan-hewan bertubuh besar, seperti sapi, kuda, dan kerbau. Ternak hewan-hewan bertubuh besar diambil manfaatnya dalam bentuk susu, daging, kulit, dan tenaganya sebagai alat transportasi. Selain itu, kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alamiah yang diperlukan dalam usaha pertanian dan perkebunan.
b. Peternakan Hewan Kecil
Peternakan hewan kecil membudidayakan hewan-hewan bertubuh kecil, seperti babi, kambing, domba, kelinci, dan lainnya. Manfaat beternak hewan-hewan kecil adalah untuk diambil susu, daging, dan kulitnya.
c. Peternakan Hewan Unggas
Ayam, bebek, angsa, itik, dan puyuh merupakan beberapa contoh hewan unggas yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Manfaat beternak hewan-hewan unggas adalah untuk diambil daging, telur, bulu, atau sebagai penghibur untuk dinikmati suara atau keindahannya.
4. Perikanan
Negara kita kaya akan potensi perikanan. Selain memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki sumber air darat yang melimpah. Semua potensi tersebut dapat digunakan untuk mendukung sektor perikanan.
Berdasarkan jenis perairannya, usaha perikanan dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Perikanan Darat
Perikanan darat merupakan usaha pembudidayaan atau penangkapan ikan yang dilakukan di daratan. Pembudidayaan perikanan darat dapat dilakukan di tambak, keramba, kolam, empang, dan lainnya. Perikanan darat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Perikanan air payau, dilakukan di tepi-tepi pantai yang datar dalam bentuk tambak atau empang. Jenis ikan yang diusahakan adalah udang dan bandeng.
2) Perikanan air tawar, meliputi perikanan di sawah, kolam, danau, sungai, dan keramba. Jenis-jenis ikan yang diusahakan adalah ikan mas, nila, lele, gurami.
b. Perikanan Laut
Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan laut disebut dengan perikanan laut. Penangkapan hewan-hewan laut biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan pesisir. Nelayan biasanya menangkap hewan-hewan laut di kawasan laut-laut dangkal atau zona neritik. Secara tradisional, para nelayan biasanya menggunakan perahuperahu kecil. Penangkapan besar-besaran biasanya menggunakan perahu motor yang besar. Jenis peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan sangat beragam, misalnya pancing, jala, jaring, sero, dan lainnya. Potensi perikanan laut Indonesia sangat besar, karena hampir 60% wilayah Indonesia merupakan perairan laut. Jenis ikan yang dihasilkan antara lain tongkol, cucut, biawak, dan tuna.
Pusat perikanan laut di Indonesia adalah:
1) Bagan Siapi-api (Riau) merupakan pelabuhan ikan terbesar di Indonesia.
2) Cilacap dan Tegal (Jawa Tengah)
3) Muncar (Banyuwangi, Jawa Timur)
4) Airtembaga (Sulawesi Utara).
Hasil penangkapan ikan, baik perikanan darat atau laut perlu diawetkan agar dapat bertahan lama. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain pendinginan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, dan pengalengan.
5. Kehutanan
Lebih dari 50% kawasan darat di Indonesia adalah hutan. Hutan merupakan kawasan yang ditumbuhi beragam jenis pohon. Di kawasan hutan, biasanya tinggal berbagai jenis binatang yang menggantungkan kehidupannya pada hasil-hasil hutan. Sebagai negara yang berada di lintang khatulistiwa, Indonesia memiliki banyak hutan karena curah hujan yang tinggi.
Hutan di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.
a. Berdasarkan Asalnya atau Terjadinya Hutan
1) Hutan alami, yaitu hutan yang tumbuh secara almiah. Contoh: hutan rimba.
2) Hutan buatan, yaitu hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk diambil hasil kayunya untuk industri. Contoh: hutan karet dan hutan jati.
b. Berdasarkan Jenis Tanamannya
1) Hutan homogen, yaitu hutan yang hanya terdiri atas satu jenis tanaman saja. Contoh: hutan jati dan hutan pinus.
2) Hutan heterogen, yaitu hutan yang terdiri atas bermacammacam jenis tanaman, biasanya merupakan hutan alami.
c. Berdasarkan Fungsi atau Manfaatnya
1) Hutan produksi, yaitu hutan yang ditanam untuk dimanfaatkan kayunya, getahnya, dan sebagainya. Contoh hutan jati, hutan pinus, dan hutan karet.
2) Hutan lindung, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi tanah dari erosi dan untuk konservasi hutan. Hutan ini banyak dijumpai di pegunungan atau lerenglereng bukit.
3) Hutan suaka, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi jenis tumbuhan (cagar alam) dan jenis hewan tertentu (suaka margasatwa). Contoh: Kebun Raya Bogor dan Ujung Kulon (badak bercula satu).
4) Hutan wisata, yaitu hutan yang difungsikan untuk wisata dan rekreasi.
Secara umum fungsi dan manfaat hutan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi hidrologis yaitu dapat menyimpan cadangan air.
b. Fungsi ekonomis yaitu dapat diambil hasilnya untuk kegiatan produksi sehingga mendatangkan devisa bagi negara.
c. Fungsi klimatologis yaitu dapat mengatur cuaca atau iklim dan menyegarkan udara.
d. Fungsi orologis yaitu untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
Oleh karena begitu pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan, maka kelestariannya perlu dijaga dari kerusakan, baik dari kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar (ilegal logging).
6. Pertambangan
Pertambangan dilakukan manusia dengan menggali, mengambil, dan mengolah sumber daya alam yang terdapat di perut bumi untuk memenuhi sebagian kebutuhan manusia. Kegiatan pertambangan tidak terbatas pada upaya penggalian dan pengambilan saja, namun juga meliputi upaya-upaya pengolahan sumber daya tersebut untuk dijadikan barang setengah jadi sebagai bahan dasar industri.
Secara garis besar barang tambang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Berdasarkan manfaat atau kegunaannya, barang tambang dapat dibedakan ke dalam tiga golongan.
1) Golongan A, yaitu barang tambang strategis dan penting untuk perekonomian negara. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, bijih besi, tembaga, dan nikel.
2) Golongan B, yaitu barang tambang yang vital dan penting bagi kehidupan orang banyak atau penting untuk hajat hidup orang banyak. Contohnya emas, perak, belerang, fosfat, dan mangan.
3) Golongan C, yaitu barang tambang yang secara langsung digunakan untuk bahan keperluan industri. Contohnya batu gamping, kaolin, marmer, gips, dan batu apung.
b. Berdasarkan bentuknya, barang tambang dikelompokkan sebagai berikut.
1) Barang tambang berbentuk energi, yaitu barang tambang yang dapat menghasilkan tenaga atau energi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, dan uranium.
2) Barang tambang berbentuk mineral logam. Contohnya timah, tembaga, bijih besi, emas, perak, dan nikel.
3) Barang tambang berbentuk mineral bukan logam. Contohnya intan, belerang, gamping, marmer, pasir kwarsa, dan fosfat.
Selain dari pengelompokan di atas, barang tambang dapat dikelompokkan berdasarkan bahan asal pembentukannya yaitu mineral organik dan mineral anorganik. Mineral organik yaitu mineral yang berasal dari sisa makhluk hidup misalnya gas alam, minyak bumi, dan batubara. Mineral anorganik yaitu mineral yang berasal dari sisa-sisa bahan anorganik misalnya kaolin,
batu, pasir kwarsa, yodium. Adapun mineral logam bukan berasal dari organik ataupun anorganik.
Untuk mendapatkan barang tambang yang masih terdapat di alam perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah eksplorasi yaitu melakukan kegiatan penyelidikan dan penelitian pada suatu daerah yang diperkirakan mengandung barang tambang tertentu. Tahap selanjutnya adalah eksploitasi yaitu tahap pengambilan atau penambangan barang tambang di dalam bumi. Wilayah Indonesia sangat kaya akan potensi sumber daya alam. Namun begitu, belum semua potensi yang dimiliki telah dipergunakan secara maksimal.
7. Perindustrian
Perindustrian merupakan usaha manusia untuk mengubah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi. Bidang perindustrian merupakan bidang pencaharian yang terus meningkat. Pemerintah Indonesia berupaya untuk terus mendorong bidang perindustrian agar lebih maju, sehingga dapat menampung banyak tenaga kerja. Berdasarkan besaran proses produksinya, industri dapat digolongkan menjadi industri kecil, industri menengah, dan industri besar.
a. Industri Kecil
Industri kecil merupakan kegiatan industri dalam skala terbatas. Jenis industri ini biasanya berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya pun terbatas dan teknologi yang digunakan dalam industri ini tidak terlalu kompleks. Contohnya antara lain rumah batik, pembuatan makanan ringan, pembuatan anyam-anyaman, dan sebagainya.
b. Industri Menengah
Industri menengah merupakan kegiatan industri yang tidak berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya lebih banyak dari industri kecil dan teknologi yang digunakan dalam industri ini sudah mulai melibatkan mesin-mesin dalam jumlah terbatas. Contohnya antara lain industri percetakan, konfeksi, dan penggergajian kayu.
c. Industri Besar
Industri besar kegiatannya dalam skala besar. Jenis industri ini memerlukan modal besar, dengan jumlah tenaga kerja sangat banyak, dan teknologi yang digunakan sangat kompleks yaitu melibatkan mesin-mesin berukuran besar dalam jumlah banyak. Contohindustri besar adalah pembuatan mobil, pesawat terbang, dan pengolahan besi.
8. Pariwisata
Pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan dengan tujuan rekreasi. Mata pencaharian di sektor pariwisata beragam jenisnya, antara lain berupa penjualan jasa sebagai pemandu (guide), penyedia penginapan (akomodasi), hingga agen perjalanan. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kawasan dan potensi pariwisata. Keindahan alam Indonesia sangat terkenal hingga ke berbagai negara. Namun, masih sedikit penduduk Indonesia yang bekerja di bidang pariwisata.
9. Transportasi dan Jasa
Jasa merupakan usaha manusia untuk membantu manusia lainnya dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu. Sementara itu, transportasi merupakan kegiatan pemindahan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pencaharian penduduk dalam bidang ini pun sangat beragam. Bidang jasa dan transportasi terutama menjadi pilihan pencaharian masyarakat perkotaan. Beberapa contohnya antara lain adalah pekerjaan sebagai penerjemah, penyewaan barang, pengemudi, pilot, masinis, dan sebagainya.
10.Perdagangan
Perdagangan dilakukan untuk menyalurkan dan memasarkan barang jadi dari produsen pada konsumen. Perdagangan diperlukan karena adanya perbedaan jumlah barang atau komoditi tertentu antara suatu kawasan dengan kawasan lain. Berdasarkan besaran dan jenis barang, perdagangan dapat dikelompokkan menjadi perdagangan kecil, perdagangan menengah, dan perdagangan besar. Perdagangan kecil, kegiatannya berupa penyaluran barang langsung kepada pembeli (eceran). Perdagangan menengah kegiatannya berupa penyaluran barang dari pedagang besar pada pedagang kecil sehingga tidak melibatkan konsumen. Perdagangan besar kegiatan melibatkan produsen barang atau pemilik barang dalam jumlah besar dengan para pedagang menengah.