Jumat, 27 Desember 2013

geomorfologi



Identifikasi Bentuk Lahan dengan Penggunaan Lahan
Terutama yang Terbentuk Secara Alami


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
GEOMORFOLOGI TERAPAN
Dosen Pengampu: Dr. Ribaldi












Disusun oleh:

Citra Dewy, S.Pd
Nim:1303677






PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN GEOGRAFI
PPs FIS UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2013

Identifikasi Jenis Bentuklahan (Landform)

Dalam geomorfologi dikenal istilah bentuklahan (landform) dan bentanglahan (landscape). Keduanya memang mirip dan memiliki keterkaitan tapi memiliki arti yang berbeda
Bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan/fisik yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual yang unik dan berbeda satu sama lain. Verstappen (1983) mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya (proses terjadinya) menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan, yaitu:
1.      Bentuklahan asal proses volkanik (V):
bentuk lahan yang berasal dari aktivitas vulkanisme atau merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. contoh: kaldera, kawah, laccolith, kerucut gunungapi, dan madan lava.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Bentukan vulkanik
2. Bentuklahan asal proses struktural (S): bentuk lahan yang berasal dari proses geologi. contoh: pegunungan patahan, bukit, patahan, kubah, lipatan sinklin dan antiklin.
Bentuk lahan struktural terjadi oleh karena adanya pro­ses endogen yang disebut tektonisme atau diastrofisme. Pro­ses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi: lipatan dan patahan. Selain itu terdapat pula struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. Dari struktur pokok tersebut, selanjutnya dapat di rinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya. Bentuk lahan structural di cirikan oleh adanya pola aliran Trellis yang tersusun dari sungai-sungai kon­sekuen, subsekuen, resekuen, dan obsekuen.
   Bentuk lahan ini di tentukan oleh tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan struktur lipatan, dan patahan, serta perkembangannya. Bentuk lahan di cirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat adanya tenaga endogen tersebut terjadi deformasi sikap (attitude) perlapisan batuan yang semula horizontal menjadi miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan structural pada dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
                Dalam berbagai hal, bentuk lahan struktural berhubungan dengan perlapisan batuan sedimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi. Bentuklahan lahan struktural pada dasarnya dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur patahan dan lipatan. Kadang-kadang pola aliran mempunyai nilai untuk struktur geologis yang dapat dilihat dari citra. Plateau struktural terbentuk pada suatu daerah yang berbatuan berlapis horisontal, sedang cuesta dan pegunungan monoklinal terdapat dip geologis yang nyata. Batuan berlapis yang terlipat selalu tercermin secara baik pada bentuklahannya. Skistositas akan berpengaruh pada bentuklahan pada daerah dengan batuan metamorfik, lebih lanjut patahan dan retakan mempunyai pengaruh juga pada perkembangan landform.
                Dalam beberapa kasus, bentuk-bentuk struktural dipengaruhi oleh proses-proses eksogenitas dari berbagai tipe, sehingga terbentuklah satuan struktural-denudasional. Struktur-struktur geologi seperti lipatan, patahan, perlapisan, kekar maupun lineaman (kelurusan) yang dapat diinterpretasi dari foto udara dan peta geologi merupakan bukti kunci satuan struktural. Pola aliran sungai yang ada akan mengikuti pola struktur utama, dengan anak-anak sungai akan relatif sejajar dan tegak lurus dengan sungai induk.
                Beberapa fenomena bentukan struktural antara lain : flatiron, hogbacks, cuesta, pegunungan lipatan, dome/kubah, pegunungan patahan dan pegunungan kompleks. Flatiron (Sfi) merupakan morfologi pegunungan / perbukitan dan dibentuk oleh lapisan dengan kemiringan relatif tegak, ujung atasnya meruncing dan bentuk seperti seterika. Hogbacks (Shb) berbentuk punggungan lebar yang miring ke arah lapisan dan gawir yang terjal miring ke arah berlawanan dengan arah kemiringan lapisan, besar sudut > 30° (dip). Jika kemiringan punggungan melandai sesuai dengan dip lapisan sebesar ± 15° disebut cuesta (Scu). Dome atau pegunungan kubah (Spk) merupakan struktur lipatan pendek regional, dengan sudut kemiringan kecil melingkar ke segala arah (radier) membentuk bulat atau oval. Antiklinal pendek yang menunjam ke kiri-kanannya cenderung membentuk kubah dengan ukuran bervariasi. Pola aliran umumnya melingkar (annular). Pegunungan lipatan (Spl) mempunyai morfologi yang spesifik dengan adanya punggungan antiklinal memanjang dan lembah sinklinal yang harmonis, dimana topografinya mengikuti lengkungan lipatan. Pola aliran sungai akan mengikuti struktur utama (konsekwen longitudinal), kemudian disusul anak-anak sungai yang menuruni lereng punggungan tegak lurus sungai utama yang disebut subsekwen, yang akhirnya membentuk pola trellis.
                    Pegunungan patahan (Spp) merupakan struktur patahan yang umumnya dibatasi oleh adanya gawir sesar (bidang patahan) yang terjal, kelurusan dan pola aliran yang menyudut-patah (regtangular). Asosiasi antara struktur lipatan dengan patahan umumnya lebih terjadi membentuk struktur pegunungan kompleks (Spk) dengan konfigurasi permukaan yang unik dan tidak teratur.
                Kenampakan pada foto udara untuk masing-masing struktur akan terlihat jelas dan spesifik, dengan didukung oleh fenomena tertentu seperti gawir patahan yang lurus dan terjal, kelurusan vegetasi atau igir/punggungan, pola aliran yang saling tegak lurus dengan anak-anak sungai yang relatif sejajar kemudian menyebar keluar, topografi kasar, pola tidak teratur, vegetasi jarang dan penggunaan lahan untuk lahan tegalan atau hutan reboisasi/konservasi.
 CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
1.      Dip Dan Strike          
Dip merupakan sudut perlapisan batuan yang di ukur terhadap bidang horizontal dan tegak lurus terhadap salah satu jurus (stike), sedangkan stike adalah arah garis perpotongan yang di bentuk oleh perpotongan antara bidang perlapisan dengan bidang horizontal.
2.      Horison Kunci Jelas
Merupakan tanda yang terdapat pada bekas permukaan daerah yang mengalami patahan.
3.      Adanya Sesar, Kekar, Pecahan
a.      Sesar
Rasanya tidak ada yang istimewa dari tebing batu seperti itu. Namun jika kita amati lagi dari puncak Gunung Batu tersebut, akan terlihat 2 blok tanah, yang satu seakan habis naik menjulang ke atas, yang satu lagi jadi lebih rendah. Bidang kontak antara 2 blok tersebut disebut sesar. Karena letaknya di daerah lembang, maka disebut sesar lembang.
       Dalam istilah geologi, sesar tersebut termasuk fault scrap (sesar gawir/tebing), dimana blok yang menjulang ke atas disebut hanging wall (atap sesar) dan blok yang lebih rendah disebut foot wall (alas sesar). Sesar tersebut membentang sepanjang 22 km dari timur ke barat. Sesar ada bermacam-macam tipenya, tergantung dari gerakan relatif blok di satu sisi sesar terhadap yang lain, diantaranya. Hasil pergeseran kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall turun ke bawah dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya ekstensi kerak bumi.
2.     Sesar Naik (thrust fault)
hasil pergerakan kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall terdorong ke atas dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya kompresi kerak bumi.
3.    Sesar geser (strike-slip or transform, or wrench fault)
sesar permukaan dimana footwall bergerak ke kiri atau kekanan atau pegerakan lateral dengan sedikit pergerakan vertikal.
Berikut dijelaskan mengenai ciri-ciri sesar yaitu:
1.       Trapezoidal facet, bentuk daerah yang menyerupai trapeziuM
2.       Triangle facet, sistem lembah berbentuk segitiga 
3.       Hanging valey, suatu lembah yang letaknya diatas lembah yang sekarang ada.    
4.       breksi besar, merupakan lapisan butiran batuan runcing-runcing pada dinding permukaan sesar.
5.       Milovit, hancuran batuan-batuan seperti tepung sebagai akibat gesekan pada sesar 
6.       Jalur mata air pada tebing sesar sebagai akibat butiran permeable tersingkap
7.       Slicken side, permukaan alur yang licin pada permukaan sesarr karena gesekaN
8.        Cermin sesar, permukaan mengkilap pada permukaan batuan akibat gesekaN
9.       Kelurusan, terdapat pola permukaan yang lurus karena patahan pada sesar
10.   gawai sesar, merupakan dinding patahan yang terjal dan memanjang 
11.   Perbedaan topografi yang menyolok pada daerah yang patah
12.   Lapisan batuan tidak continue(omisi) karena adanya patahan
4.       ADANYA MATERI INTERUSIF: DIKE, KUBAH, GRANIT
MACAM-MACAM BENTUK LAHAN STRUKTURAL
1.       Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan horizontal)
2.       Dataran rendah, adalah daerah yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari permukaan air laut.
3.       Dataran tinggi (pletau), adalah daerah yang menempati eleevasi diatas 500 kaki diatas permukaan air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi daripada bentang alam di sekitarnya.
4.       Bentang alam dengan struktur miring, dibagi menjadi 2 :
a.      Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri denag sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 300 (Tjia, 1987).
b.      Hogback, sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan lebih dari 300(Yjia, 1987). Hotback memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama sehingga terlihat simetri.
SATUAN BENTUK ASAL STRUKTURAL
1.      Pegunungan Blok Sesar
Pegunungan blok sesar adalah pegunungan yang tersusun dari batuan klastik, ditandai oleh berbagai bentuk patahan, misalnya: graben,sembul,triangle facet,dan sebagainya
2.      Gawir Sesar
Gawir sesar yaitu tebing patahan memanjang, terjadi karena adanya dislokasi.
3.      Pegunungan Dan Perbukitan Antiklinal
Pegunungan /perbukitan antiklinal adalah pegunungan yang tersusun dari batuan plastis, terjadi atas unit-unit punggung lipatan. lembah yang terdapat dipuncak antiklin setelah tererosi adalah combe.
Antiklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki posisi lebih tinggi dari bagian lipatan lainnya. Lipatan antiklinal akan membentuk bumi menjadi cembung, contohnya pegunungan atau perbukitan.
4.      Perbukitan Atau Pegunungan Sinklinal
Sinklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan sinklinal akan membentuk permukaan bumi menjadi cekung, contohnya lembah.
Pegunungan/perbukitan sinklinal tersusun dari batuan plastis, terdiri atas lembah-lembah lipatan.
5.      Pegunungan Monoklinal
Pegunungan/perbukitan monoklinal adalah pegunungan lipatan yang terjadi karena adanya tekanan pada satu titik saja yang tingginya >500m disebutpegunungan monoklinal, <500m disebut perbukitan monoklinal. monoklinal(homoklinal yang lerengnya ≥11disebut cuesta.
6.      Pegunungan Atau Perbukitan Kubah
Pegunungan/perbukitan kuba (dome) adalah pegunungan/perbukitan tunggal yang lerengnya landai, trjadi karena proses updoming. kubah yang berstadia dewasa dipuncaknya terdapat sistem lembah berbentuk segitiga (triangle facet) yang disebut flat iron.
Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan.
7.      Pegunungan Atau Perbukitan Plato
 Pegunungan/perbukitan plato, merupakan tanah datar dengan struktur horizontal, dengan ketinggian >500 m untuk pegunungan dan<500m untuk perbukitan. pada umumnya dikelilingi oleh klompok volkan atau rangkaian pegunungan.
8.      Teras Struktural,
Merupakan permukaan bertingkat yang terjadi oleh pengangkatan yang berulang-ulang pada suatu tempat, misalnya step fault.
9.      Perbukitan Mesa
Perbukitan yang puncaknya dengan struktur horizontal sebagai akibat proses erosi. perbukitan yang mirip mesa tetapi puncaknya lebih sempit disebut butte. messa dan bute berasal dari plato yang tererosi.
10.      Graben (Slenk)
Tanah patahan yang turun sehingga permukaannya lebih rendah dari daerah sekitar. terjadi karena daerah ttersebut mengalami penurunan/penenggelaman.
11.  Sembul (Horst)
Tanah patah yang lebih tinggi dari daerah sekitar, terjadi karena pengangkatan (up lift). kenampakan dominan pada bentuk lahan asal structural adalah adanya sesar yang disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan (dislokasi) batuan disuatu tempat



Lipatan Pegunungan


3. Bentuklahan asal fluvial: bentuk lahan akibat pengerjaan sungai. contoh: meander, gosong pasir, dataran banjir (flood plain), point bar.
Meander
Meander
4. Bentuklahan asal solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
Stalaktit dan Stalagnit
Stalaktit dan Stalagnit
5. Bentuklahan asal denudasional: bentuk lahan akibat proses erosi dan degradasi. contoh: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan kritis.
Bukit sisa (residual hill)
Bukit sisa (residual hill)
Definisi Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
1.      Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2.      Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3.      Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
4.      Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan
5.      Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan/sedimentasi
1. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
1.      Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
2.      Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh
Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik
c.Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
d.Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
Interupsi ke dalam Pori-pori atau celah batuan
1. Frost weathering(forst wedging)
Di daerah iklim dingin air membeku menyebabkan vulome bertambah ± 10 % dan tekanannya bertambah ± 1 ton / inchi. Proses ini mnyebabkan batuan pecah karena mengalami beku celah (kryoturbasi).
2. Salt weathering
Di daerah iklim kering air menguap, menyebabkan garam-garaman, misal NaCl, MgSO4, KCl mengendap didalam pori-pori batuan tersebut meneka batuan hingga pecah.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_2b2eddee.gifhttp://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_m49fb8bd2.jpg
Gambar 2.1 Hasil pelapukan fisis (mekanis)

2.      Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi :
1.      Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
2.      Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
3.      Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin cepat pelapukannya.
4.      Vegetasi dan binatang
Dalam hidupnya vegetai dan binatang menghasilkan asam-asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan. Artinya vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.
Adapun jenis-jenis pelapukan kimiawi adalah sebagai berikut:
1.      Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air yang bereaksi langsung dengan mineral penyusun batuan, terjadi pengantian kation metal seperti K+, Na+, Ca++, Mg++, oleh ion H+. Bisa juga disebut reaksi senyawa air dengan senyawa lain yang menyebabkan senyawa bersangkutan terurai menjadi basa dan asam serta terlepas dari struktur mineral. Contoh hidrolisa adalah seperti berikut:
4NaAlSiO3O8 + 6H2O ---------> Al4Si4O10(OH+8Si)2 + Na+
(albit) (air) +4OH à kaolinit
2.      Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan reaksi oksigen terhadap mineral besi terhadap batuan terutama jika batuan dalma keadaan basah. Pengaruh oksidasi tampak jelas pada batuan yang mengandung besi. Perubahan warna akibat oksidasi dapat mudah diamati. Salah satu reaksinya dapat digambarkan dalam persamaan berikut:
4FeO + 3H2O + O2 -------> 2FeO33H2O
Warna coklat pada batuan itu menunjukkan hasil oksidasi batuan yang mengandung besi.
3.      Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang dusebabkab oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg,Na dan K. Pada proses ini tejadi dekomposisi pada batuan atau perubahan fisik. CO2 bekerja sebagai faktor pelapuk yang terpenting, air yang mengandung asam arang mempunyai daya melapukkan yang kuat. Gas asam arang dalam air itu diperoleh dari udara atau dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batuan yang paling mudah lapuk oleh proses karbonasi adalah batu gamping,dekomposisi batuan gamping adalah seperti berikut
CaCO3 + H2O + CO2 -------> Ca (HCO3)2
CaCO3 : calsite
CaCO2 : Cacium bicarbonat
Cacium bicarbonate itu mudah larut dalam air, dengan demikian air yang mengandung CO2 lebih mudah melarutkan Cacium bicarbonate (CaCO3) dari pada yang tidak mengandung CO2.
4.      Hidrasi
Hidarasi berarti adsorpsi air, ardsorpsi air adalah penarikan air oleh sesuatu zat, tetapi tidak terus masuk ke dalam zat tersebut, melainkan hanya di permukaan saja. Berbeda dengan absorpsi dimana meresapkan zat yang tertangkap itu ke dalam seluruh zat penangkap. Contoh:
2Fe2O3 + 3H2O ----------> 2Fe2O33H2O
(hematit) (air) (limonit)
Dengan demikian, volume limonit>hematit, kristalin menjadi nonkristalin.
5.      Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan terutama basaltis.
6.      Pelarutan atau penghancuran (solution/dissolution)
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contoh: kuarsa mengalami pelarutan.
SiO2 + 2H2O --------> Si(OH)4
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_m48b16598.jpghttp://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_m1706ded2.png
Gambar 2.2 hasil pelapukan Kimiawi
3.      Pelapukan organik,
yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_m26f947ad.jpg
Gambar 2.3 hasil pelapukan organik
2. Gerakan massa batuan (mass wasting)
yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi
Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:
1.      Kemiringan lereng,
Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
2.      Relief lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.
3.      Ketebalan hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena permukaan yang labil makin besar pula.
4.      Orientasi bidang lemah dalam batuan,
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan bergerak.
5.      Iklim,
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.
6.      Vegetasi,
Daerah yang tertutup oleh vegetasi atau tumbuh-tumbuhan peluang untuk terjadinya Mass Wasting kecil, karena vegetasi dapat menahan laju gerakan massa batuan di permukaan.
7.      Gempa bumi,
Daerah yang sering mngalami gempa bumi cenderung labil, sehingga peluang terjadinya Mass wasting besar.
8.      Tambahan material pada bagian atas lereng
Di daerah gunung api aktif sering terjadi penambahan material di bagian atas lereng akibat letusan sehingga akan memperbesar peluang terjadinya Mass wasting.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_177eb6b6.jpg
Klasifikasi mass wasting:
1.      Slow flowage (gerakan lambat)
Gerakan lambat meliputi rayapan dan solifluksi. Rayapan (creep) adalah pemindahan massa batuan yang lambat hingga tidak mudah diamati.
Menurut bahan yang dipindahkan dan cara pemindahannya masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi:
● Rayapan tanah (soil creep):
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_1dfd9fa3.jpgYaitu gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1cm/th ) menuruni lereng, sebagai akibat gravitasi. Akibat dari adanya rayapan ini tidak jelas hanya saja pada tiang telepon, tiang listrik, pohon-pohon menjadi miring/agak miring. Lahan seperti ini tidak baik untuk dijadikan lahan persawahan ataupun untuk permukiman.
Gambar 2.4 Soil creep

● Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),
Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep, hanya bahannya saja yang berbeda. Gejala ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami pergantian antara pembekuan dan pencairan kembali.
● Rayapan batu (rock creep):
Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa bongkah-bongkah besar dengan gerakannya yang perlahan-lahan.
● Rayapan lawina batuan (rock glacier creep):
Dilihat dari segi bahannya sama dengan rock creep. Perbedaannya adalah bahwa pada rayapan lawina, batuan tampak seperti anak-anak sungai (bercabang-cabang yang menggerakan massa batuan tersebut menuruni lereng).
● Solifluksi, yaitu pengaliran massa batuan yang jenuh akan air. Hal ini terjadi terutama di daerah dingin (daerah lintang tinggi dan di daerah pegunungan tinggi). Oleh karena itu, jelaslah bahwa dalam proses ini terdapat kadar air yang tinggi, namun demikian air dalam hal ini tidak menjadi faktor pengangkut. Ada beberapa faktor yang mendorong untuk terjadinya solifluksi, yaitu:
· Proses pelapukan berlangsung cepat
· Adanya persediaan air yang cukup, biasanya dari pencairan salju
· Adanya lereng yang curam dan tidak bervegetasi
2.      Rapid flowage (gerakan cepat),
Pemindahan cepat ini disebabkan oleh adanya kadar air yang lebih tinggi, sehingga batuan/tanah yang bergerak itu jenuh. Oleh karena itu, diperoleh kesan bahwa batuan itu mengalir. Pemindahan secara cepat ini meliputi:
● Aliran tanah (Earth flow)
Adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni lereng. Gerakan/ aliran ini dibedakan sebagai berikut:
1.      Earth Flow murni, alirannya sejajar permukaan.
2.      Gabungan earth flow dan mendatar (slumping, kadang-kadang alirannya intermittent dan mengalami rotasi ke belakang (back ward rotation)
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_m6ea6c1a9.png
Gambar 2.5 Earth flow
● Aliran lumpur (Mud flow)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.
Penyebabnya adalah:
1.      Material tidak kompak, melicin jika basah.
2.      Berada di lereng terjal.
3.      Ada air yang bergerak.
4.      Vegetasi jarang.
● Lawina hasil rombakan (Debris avalanche)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.
3.      Very rapid flowage (gerakan sangat cepat), gerakan ini didominasi pengaruh gravitasi.Gerakan ini meliputi slumping, debris slide, rock slide, debris fall, dan rock fall.
slumping (nendatan) adalah merupakan gerakan massa tanah atau batuan secara terputus-putus dan hanya menempuh jarak dengan memperlihatkan gerak berputar ke belakang, hingga tampak pada permukaannya seperti yang disesar naikan. Seringkali tanah nedat itu merupakan suatu rangkaian, sehingga tampak berteras-teras kecil. Penyebab slumping yang terpenting adalah pengirisan di bawah lereng oleh sungai, gelombang atau secara antropogenis.
Debris slide merupakan lahan longsor yang biasa, tidak terjadi gerakan ke belakang melainkan batuan itu berguling-guling atau meluncur ke bawah. Kadar airnya rendah. Jika kadar airnya tinggi akan terjadi debris avalanhce.
Rock Slide, adalah gerakan batuan meluncur diatas bidang batas lapisan atau bidang retakan yang miring.
4.      Terban/ amblesan (subsidence), gerakan massa batuan tipe ini adalah ke bawah atau vertikal tanpa disertai gerakan mendatar/horisontal. Hal ini dapat terjadi apabila atap goa bawah tanah runtuh, ketika tidak kuat menahan lapisan batuan yang ada di bagian atas goa. Subsidence juga bisa terjadi karena adanya tenaga tektonik yang dapat menimbulkan patahan ada kulit, sehingga terjadi patahan. Patahan tersebut ambles ke bawah dan dapat berupa slenk.
3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
1.      Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur, kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
2.      Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
3.      Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:
  1. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.
  2. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung bagaimana manusia mengelolanya.
Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya.
Untuk itu, dalam memperjelas bagaimana hubungan dari antar proses disajikan dalam Tabel berikut:
Pelaku erosi
Proses pengambilan
Bahan lepas
Proses pengikisan oleh bahan yang diangkut
Proses saling mengikis
antara bahan yang diangkut
Cara pengangkutan
Air mengalir
Hydrolic action
atau fluviraption
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
Attrition
Flotation, Solution
Suspension, Salta-tion,
Traction
Gelombang
dan arus
laut/ danau
Hydrolic action
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
Attrition
Flotation,Solution
Suspension
Saltation, Traction
Air tanah
-
corrosion
-
Solution
Angin
Deflation
Corrasion dan
abrasion
Attrition
Suspension
Saltation, Traction
Gletser
Scouring
Plucking
Corrasion/ abrasion
dan gouging
Attrition
Suspension
Traction
Sumber: Adiwikarta & Akub, 1977
Penjelasan terhadap istilah-istilah yang ada dalam Tabel diatas, adalah sebagai berikut:
Hydraulic action atau fluviraption adalah pengambilan bahan lepas oleh air mengalir, oleh gelombang dan arus laut. Kalau pengambilan itu dilakukan oleh angin dinamakan deflation (deflasi), sedangkan kalau dilakukan oleh gletser dinamakan scouring. Dengan sendirinya air tanah tidak mengambil bahan lepas.
Plucking adalah lepasnya batuan oleh gletser akibat dari pembekuan pada celah-celah batuan yang dilampaui gletser, sedangkan sapping sama dengan plucking, tetapiditujukan kepada dasar lembah.
Corrasion (korasi) atau abrasion (abrasi) adalah lepasnya butiran-butiran batuan dari batuan induknya disebabkan oleh tumbukan atau gesekan batuan lain yang sedang dalam pengangkutan.
Corrosion (korosi) adalah lepasanya butiran-butiran batuan oleh proses pelarutan. Mudah dipahami bawa angin tidak dapat melarutkan.
Gouging adalah pembuatan cekungan pada permukaan batuan oleh pengerjaan gletser.
Attrition (atrisi) adalah peristiwa saling bergesekan dan saling bertumbukan antara butiran-butiran batuan yang bersama-sama dalam pengangkutan, sehingga butiran-butiran itu makin lama makin kecil.
Flotation adalah cara pengangkutan diatas permukaan tenaga pengangkutnya (terapung). Dari kelima pelaku erosi hanya air mengalir (sungai) dan air laut/danaulah yang dapat mengangkut dengan cara ini.
Solution (larutan) berarti benda yang diangkut itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tenaga/zat pengangkut. Cara ini berlaku untuk butiran-butiran yang halus ringan, seperti abu di dalam udara atau lanau dalam air. Cara ini disebabkan oleh turbulensi dari tenaga pengangkut.
Saltation berarti cara pengangkutan yang menyebabkan bahan yang pengangkut itu melompat-lompat pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.
Traction adalah cara pengangkutan dengan jalan digulingkan/ digelundungkan atau digeser-geser pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.
Klasifikasi bentuk erosi :
    • Erosi percik (splash erotion),
ialah proses percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah (Yunianto, 1994).
    • Erosi lembar (sheet erosion)
adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan atau pemindahan lapisan tanah yang hampir merata ditanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.
o    Erosi alur (rill erosion).
Erosi ini terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran kecil (alir) yang dalamnya <30 cm, dan terbentuk terutama dilahan pertanian yang baru saja diolah. Erosi ini dimulai dengan genangan-genangan kecil setempat-setempat di suatu lereng, maka bila air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran air tersebut. Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_c962a69.png
Gambar 2.10 Rill erosion carves "grooves" into a hillslope.
o    Erosi parit (channel erosion). Erosi ini terbentuk sama dengan erosi alur, tetapi tenaga erosinya berupa aliran lipasan dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa. Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_2346176f.png
Gambar 2.11 Channel erosion on the Pit River near Lookout.
4. Sedimentasi atau Pengendapan
Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-bahan hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi Purwantara, 2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil erosi saja, tetapi juga dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses erosi. Sedimentasi terjadi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang (melambat). Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas : Sedimentasi air sungai (floodplain dan delta), air laut, angin, dan geltsyer.
2.4. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_aa186b6.jpg


Gambar 2.13. Pegunungan Denudasional di Daerah Wonogiri
2.Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_7a176c09.jpg


Gambar 2.14. Bukit yang terbentuk dari proses denudasional di P. Berhala


3.Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.

http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_m6ca2949a.jpg

Gambar 2.15 Dataran Nyaris Terjadi karena letusan gunung Merbabu pada tahun 1968 yang menyebabkan erosi sehingga membentuk dataran tinggi yang lebar dan terpisah pada puncak-puncaknya yang kemudian membentuk kaldera-kaldera yang telah mati seperti Kawah Condrodimuko, Kawah Kombang, Kawah Kendang dan Kawah Sambernyowo.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_25aa2732.jpg
Gambar 2.16. Dataran nyaris yang terjadi akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan atau perbukitan
4.Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_7f30e322.png
Gambar 2.17 Inselberg di skotlandia
5.Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_6635d37d.jpg
Gambar 2.18. Kerucut talus sebagai akibat pelapukan pada lereng pegunungan yang sangat curam.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_1ec97596.png
Gambar 2.19 Talus Cones in Banff National Park, Alberta.
6.Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7.Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview_html_76ee0e59.jpg



Gambar 2.20 Badland di Bahia Brazil
2.5.  
6. Bentuklahan asal eolin (E): bentuk lahan akibat proses erosi angin. contoh: parallel, parabolik, bintang, lidah, transversal gumuk pasir (sandune) dan barchan.
Gumuk pasir
Gumuk pasir
7. Bentuklahan asal marine: bentuk lahan akibat aktivitas air laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. contoh: tombolo, clift, arch, stack. Selain itu terdapat kombinasi antara bentuklahan marine dengan fluvial (fluvio-marine) karena sungai bermuara ke laut, contoh: delta, estuari.
Tombolo
Tombolo
Delta
Delta
8. Bentuklahan asal glasial: bentuk lahan akibat pengerjaan es (gletser). contoh: lembah menggantung.
Glacial-Ice-Lake-1-9WEPHMJQGR-1600x1200
9. Bentuklahan asal organik: bentuk lahan akibat pengaruh aktivitas organisme. contoh: mangrove, terumbu karang.
Terumbukarang
Terumbukarang
10. Bentuklahan asal antropogenik: bentuk lahan akibat aktivitas manusia. contoh: kota, pedesaan, waduk, taman.
Kota
Kota
Bentuk Penggunaan Lahan
Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam. Contohnya pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sementara, mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti jasa, transportasi, dan pariwisata. Sedangkan bentuk-bentuk penggunaan lahan di Indonesia dari tempat satu ke tempat lain beragam bentuknya, tergantung kondisi fisik/lingkungan setempat. Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa pola kegiatan ekonomi penduduk di Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan.
1. Pertanian
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/tani1.jpg?w=614

Pertanian merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan. Masyarakat agraris mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Berdasarkan bentuknya, pertanian dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Persawahan
Persawahan merupakan pertanian tetap (tidak berpindah) yang menggunakan lahan basah yang diairi secara teratur. Tanaman yang biasanya ditanam pada persawahan adalah padi. Berdasarkan cara pengairannya, persawahan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1) Persawahan irigasi, yakni persawahan yang menggu-nakan sistem pengairan tetap dan teratur dengan membangun saluran pengairan yang mengambil sumber air dari sungai atau danau atau dikenal dengan istilah irigasi.
2) Persawahan lebak yaitu persawahan yang berada di kanan kiri sungai-sungai yang besar. Sistem pengairannya mengandalkan air sungai yang ada.
3) Persawahan tadah hujan, yakni persawahan yang sistem pengairannya mengandalkan air hujan atau tergantung pada curah hujan. Pada musim kemarau, biasanya lahan ditanami tanaman-tanaman palawija.
4) Persawahan pasang-surut, yakni persawahan yang sistem pengairannya memanfaatkan air muara atau rawa yang pasang. Oleh karena itu, persawahan ini biasanya ditemukan di kawasan pantai atau sungai besar yang landai dan memiliki lahan pasang surut.
b. Tegalan
Selain persawahan, usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dapat juga dilakukan dengan menggunakan lahan kering yang disebut dengan tegalan. Tegalan berlokasi pada lahan yang tetap, tidak berpindah-pindah. Tanaman-tanaman yang ditanam pada tegalan biasanya lebih beragam dibandingkan ladang.
c. Perladangan
Selain dilakukan secara menetap, pertanian juga bisa dilakukan secara berpindah-pindah yang disebut dengan perladangan. Perladangan merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dengan cara berpindah-pindah (nomaden) untuk mencari lahan-lahan kosong yang bertanah subur. Lahan yang digunakan dalam perladangan biasanya merupakan lahan kering. Selain berpindah-pindah, pertanian ladang juga belum mengenal sistem irigasi, pengolahan tanah, dan pemupukan. Perladangan biasanya dilakukan penduduk dengan cara membabat pepohonan pada lahan yang ada di hutan dan kemudian ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Tanaman yang biasa ditanam di ladang antara lain tanamantanaman palawija, padi huma, umbi-umbian, dan lainnya.
Perladangan kurang baik bagi kelestarian hutan, bila berlangsung secara terus-menerus dapat membuat hutan menjadi gundul sehingga tanah mudah terkena erosi. Sistem pertanian ladang atau petani nomaden banyak dijumpai di daerah-daerah yang masih mempunyai kawasan hutan yang luas seperti Kalimantan, Sumatra, dan Papua.
2. Perkebunan
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/kopi.jpg?w=614

Pernahkah kamu mengunjungi atau melihat perkebunan the atau kelapa sawit? Bagaimana luas perkebunan itu menurutmu? Tanaman yang ditanam pada perkebunan tidak terbatas pada tanaman pangan utama, namun juga berbagai jenis tanaman pangan tambahan semacam buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang diperlukan dalam industri juga biasanya ditanam di perkebunan, misalnya kapas, kelapa sawit,  tembakau, dan sebagainya.
Perkebunan dapat dijalankan pada lahan yang sempit seperti pekarangan rumah maupun luas yang memerlukan modal besar.
3. Peternakan
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/sapi1.jpg?w=614

Usaha pembudidayaan hewan-hewan darat yang diperlukan oleh manusia, baik untuk dikonsumsi, maupun untuk tujuan lainnya dinamakan peternakan. Faktor-faktor yang mendorong usaha peternakan di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Mempunyai padang rumput yang luas.
b. Iklimnya cocok untuk persyaratan hidup ternak.
c. Memperluas lapangan kerja di bidang peternakan.
d. Dapat diambil bermacam-macam manfaat, seperti dimanfaatkan tenaganya, daging, kulit, susu, dan kotorannya untuk pupuk pertanian.
Peternakan biasanya merupakan mata pencaharian sampingan dari penduduk yang menjalankan usaha pertanian. Berdasarkan jenis hewan yang diternakkan, peternakan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni peternakan hewan besar, peternakan hewan kecil, dan peternakan hewan unggas.
a. Peternakan Hewan Besar
Peternakan jenis ini membudidayakan hewan-hewan bertubuh besar, seperti sapi, kuda, dan kerbau. Ternak hewan-hewan bertubuh besar diambil manfaatnya dalam bentuk susu, daging, kulit, dan tenaganya sebagai alat transportasi. Selain itu, kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alamiah yang diperlukan dalam usaha pertanian dan perkebunan.
b. Peternakan Hewan Kecil
Peternakan hewan kecil membudidayakan hewan-hewan bertubuh kecil, seperti babi, kambing, domba, kelinci, dan lainnya. Manfaat beternak hewan-hewan kecil adalah untuk diambil susu, daging, dan kulitnya.
c. Peternakan Hewan Unggas
Ayam, bebek, angsa, itik, dan puyuh merupakan beberapa contoh hewan unggas yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Manfaat beternak hewan-hewan unggas adalah untuk diambil daging, telur, bulu, atau sebagai penghibur untuk dinikmati suara atau keindahannya.
4. Perikanan
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/ikan.jpg?w=614

Negara kita kaya akan potensi perikanan. Selain memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki sumber air darat yang melimpah. Semua potensi tersebut dapat digunakan untuk mendukung sektor perikanan.
Berdasarkan jenis perairannya, usaha perikanan dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Perikanan Darat
Perikanan darat merupakan usaha pembudidayaan atau penangkapan ikan yang dilakukan di daratan. Pembudidayaan perikanan darat dapat dilakukan di tambak, keramba, kolam, empang, dan lainnya. Perikanan darat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Perikanan air payau, dilakukan di tepi-tepi pantai yang datar dalam bentuk tambak atau empang. Jenis ikan yang diusahakan adalah udang dan bandeng.
2) Perikanan air tawar, meliputi perikanan di sawah, kolam, danau, sungai, dan keramba. Jenis-jenis ikan yang diusahakan adalah ikan mas, nila, lele, gurami.
b. Perikanan Laut
Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan laut disebut dengan perikanan laut. Penangkapan hewan-hewan laut biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan pesisir. Nelayan biasanya menangkap hewan-hewan laut di kawasan laut-laut dangkal atau zona neritik. Secara tradisional, para nelayan biasanya menggunakan perahuperahu kecil. Penangkapan besar-besaran biasanya menggunakan perahu motor yang besar. Jenis peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan sangat beragam, misalnya pancing, jala, jaring, sero, dan lainnya. Potensi perikanan laut Indonesia sangat besar, karena hampir 60% wilayah Indonesia merupakan perairan laut. Jenis ikan yang dihasilkan antara lain tongkol, cucut, biawak, dan tuna.
Pusat perikanan laut di Indonesia adalah:
1) Bagan Siapi-api (Riau) merupakan pelabuhan ikan terbesar di Indonesia.
2) Cilacap dan Tegal (Jawa Tengah)
3) Muncar (Banyuwangi, Jawa Timur)
4) Airtembaga (Sulawesi Utara).
Hasil penangkapan ikan, baik perikanan darat atau laut perlu diawetkan agar dapat bertahan lama. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain pendinginan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, dan pengalengan.
5. Kehutanan
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/hutan.jpg?w=614

Lebih dari 50% kawasan darat di Indonesia adalah hutan. Hutan merupakan kawasan yang ditumbuhi beragam jenis pohon. Di kawasan hutan, biasanya tinggal berbagai jenis binatang yang menggantungkan kehidupannya pada hasil-hasil hutan. Sebagai negara yang berada di lintang khatulistiwa, Indonesia memiliki banyak hutan karena curah hujan yang tinggi.
Hutan di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.
a. Berdasarkan Asalnya atau Terjadinya Hutan
1) Hutan alami, yaitu hutan yang tumbuh secara almiah. Contoh: hutan rimba.
2) Hutan buatan, yaitu hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk diambil hasil kayunya untuk industri. Contoh: hutan karet dan hutan jati.
b. Berdasarkan Jenis Tanamannya
1) Hutan homogen, yaitu hutan yang hanya terdiri atas satu jenis tanaman saja. Contoh: hutan jati dan hutan pinus.
2) Hutan heterogen, yaitu hutan yang terdiri atas bermacammacam jenis tanaman, biasanya merupakan hutan alami.
c. Berdasarkan Fungsi atau Manfaatnya
1) Hutan produksi, yaitu hutan yang ditanam untuk dimanfaatkan kayunya, getahnya, dan sebagainya. Contoh hutan jati, hutan pinus, dan hutan karet.
2) Hutan lindung, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi tanah dari erosi dan untuk konservasi hutan. Hutan ini banyak dijumpai di pegunungan atau lerenglereng bukit.
3) Hutan suaka, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi jenis tumbuhan (cagar alam) dan jenis hewan tertentu (suaka margasatwa). Contoh: Kebun Raya Bogor dan Ujung Kulon (badak bercula satu).
4) Hutan wisata, yaitu hutan yang difungsikan untuk wisata dan rekreasi.
Secara umum fungsi dan manfaat hutan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi hidrologis yaitu dapat menyimpan cadangan air.
b. Fungsi ekonomis yaitu dapat diambil hasilnya untuk kegiatan produksi sehingga mendatangkan devisa bagi negara.
c. Fungsi klimatologis yaitu dapat mengatur cuaca atau iklim dan menyegarkan udara.
d. Fungsi orologis yaitu untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
Oleh karena begitu pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan, maka kelestariannya perlu dijaga dari kerusakan, baik dari kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar (ilegal logging).
6. Pertambangan
Pertambangan dilakukan manusia dengan menggali, mengambil, dan mengolah sumber daya alam yang terdapat di perut bumi untuk memenuhi sebagian kebutuhan manusia. Kegiatan pertambangan tidak terbatas pada upaya penggalian dan pengambilan saja, namun juga meliputi upaya-upaya pengolahan sumber daya tersebut untuk dijadikan barang setengah jadi sebagai bahan dasar industri.
Secara garis besar barang tambang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Berdasarkan manfaat atau kegunaannya, barang tambang dapat dibedakan ke dalam tiga golongan.
1) Golongan A, yaitu barang tambang strategis dan penting untuk perekonomian negara. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, bijih besi, tembaga, dan nikel.
2) Golongan B, yaitu barang tambang yang vital dan penting bagi kehidupan orang banyak atau penting untuk hajat hidup orang banyak. Contohnya emas, perak, belerang, fosfat, dan mangan.
3) Golongan C, yaitu barang tambang yang secara langsung digunakan untuk bahan keperluan industri. Contohnya batu gamping, kaolin, marmer, gips, dan batu apung.
b. Berdasarkan bentuknya, barang tambang dikelompokkan sebagai berikut.
1) Barang tambang berbentuk energi, yaitu barang tambang yang dapat menghasilkan tenaga atau energi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, dan uranium.
2) Barang tambang berbentuk mineral logam. Contohnya timah, tembaga, bijih besi, emas, perak, dan nikel.
3) Barang tambang berbentuk mineral bukan logam. Contohnya intan, belerang, gamping, marmer, pasir kwarsa, dan fosfat.
Selain dari pengelompokan di atas, barang tambang dapat dikelompokkan berdasarkan bahan asal pembentukannya yaitu mineral organik dan mineral anorganik. Mineral organik yaitu mineral yang berasal dari sisa makhluk hidup misalnya gas alam, minyak bumi, dan batubara. Mineral anorganik yaitu mineral yang berasal dari sisa-sisa bahan anorganik misalnya kaolin,
batu, pasir kwarsa, yodium. Adapun mineral logam bukan berasal dari organik ataupun anorganik.
Untuk mendapatkan barang tambang yang masih terdapat di alam perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah eksplorasi yaitu melakukan kegiatan penyelidikan dan penelitian pada suatu daerah yang diperkirakan mengandung barang tambang tertentu. Tahap selanjutnya adalah eksploitasi yaitu tahap pengambilan atau penambangan barang tambang di dalam bumi. Wilayah Indonesia sangat kaya akan potensi sumber daya alam. Namun begitu, belum semua potensi yang dimiliki telah dipergunakan secara maksimal.
7. Perindustrian
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/industri.jpg?w=614

Perindustrian merupakan usaha manusia untuk mengubah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi. Bidang perindustrian merupakan bidang pencaharian yang terus meningkat. Pemerintah Indonesia berupaya untuk terus mendorong bidang perindustrian agar lebih maju, sehingga dapat menampung banyak tenaga kerja. Berdasarkan besaran proses produksinya, industri dapat digolongkan menjadi industri kecil, industri menengah, dan industri besar.
a. Industri Kecil
Industri kecil merupakan kegiatan industri dalam skala terbatas. Jenis industri ini biasanya berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya pun terbatas dan teknologi yang digunakan dalam industri ini tidak terlalu kompleks. Contohnya antara lain rumah batik, pembuatan makanan ringan, pembuatan anyam-anyaman, dan sebagainya.
b. Industri Menengah
Industri menengah merupakan kegiatan industri yang tidak berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya lebih banyak dari industri kecil dan teknologi yang digunakan dalam industri ini sudah mulai melibatkan mesin-mesin dalam jumlah terbatas. Contohnya antara lain industri percetakan, konfeksi, dan penggergajian kayu.
c. Industri Besar
Industri besar kegiatannya dalam skala besar. Jenis industri ini memerlukan modal besar, dengan jumlah tenaga kerja sangat banyak, dan teknologi yang digunakan sangat kompleks yaitu melibatkan mesin-mesin berukuran besar  dalam jumlah banyak. Contohindustri besar adalah pembuatan mobil, pesawat terbang, dan pengolahan besi.
8. Pariwisata
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/lombok.jpg?w=614

Pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan dengan tujuan rekreasi. Mata pencaharian di sektor pariwisata beragam jenisnya, antara lain berupa penjualan jasa sebagai pemandu (guide), penyedia penginapan (akomodasi), hingga agen perjalanan. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kawasan dan potensi pariwisata. Keindahan alam Indonesia sangat terkenal hingga ke berbagai negara. Namun, masih sedikit penduduk Indonesia yang bekerja di bidang pariwisata.
9. Transportasi dan Jasa
Jasa merupakan usaha manusia untuk membantu manusia lainnya dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu. Sementara itu, transportasi merupakan kegiatan pemindahan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pencaharian penduduk dalam bidang ini pun sangat beragam. Bidang jasa dan transportasi terutama menjadi pilihan pencaharian masyarakat perkotaan. Beberapa contohnya antara lain adalah pekerjaan sebagai penerjemah, penyewaan barang, pengemudi, pilot, masinis, dan sebagainya.
10.Perdagangan
http://kre4tif.files.wordpress.com/2011/03/pasar.jpg?w=614

Perdagangan dilakukan untuk menyalurkan dan memasarkan barang jadi dari produsen pada konsumen. Perdagangan diperlukan karena adanya perbedaan jumlah barang atau komoditi tertentu antara suatu kawasan dengan kawasan lain. Berdasarkan besaran dan jenis barang, perdagangan dapat dikelompokkan menjadi perdagangan kecil, perdagangan menengah, dan perdagangan besar. Perdagangan kecil, kegiatannya berupa penyaluran barang langsung kepada pembeli (eceran). Perdagangan menengah kegiatannya berupa penyaluran barang dari pedagang besar pada pedagang kecil sehingga tidak melibatkan konsumen. Perdagangan besar kegiatan melibatkan produsen barang atau pemilik barang dalam jumlah besar dengan para pedagang menengah.