A. CARA
MENGITERPRESTASIKAN BENTUK LAHAN DAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
DAN FHOTO UDARA
Interpretasi foto dapat
didefinisikan sebagai: "tindakan memeriksa gambar foto untuk tujuan
mengidentifikasi objek dan menilai signifikansi mereka" (Colwell, 1997).
Prinsip-prinsip interpretasi
citra telah dikembangkan secara empiris lebih dari 150 tahun. Yang paling dasar
dari prinsip-prinsip ini adalah unsur-unsur interpretasi citra diantaranya:
lokasi, ukuran, bentuk, bayangan, nada / warna, tekstur, pola, tinggi/kedalaman
dan situs/situasi/asosiasi. Unsur-unsur ini secara rutin digunakan ketika
menafsirkan sebuah foto udara atau menganalisis gambar foto. Seorang juru
gambar yang terlatih menggunakan banyak unsur-unsur selama analisis nya tanpa
berpikir tentang mereka. Namun, pemula mungkin tidak hanya harus memaksa
dirinya untuk secara sadar mengevaluasi objek yang tidak diketahui sehubungan
dengan unsur-unsur, tetapi juga menganalisis makna dalam kaitannya dengan objek
lain atau fenomena dalam foto atau gambar.
B. UNSUR
UNSUR INTERPRETASI CITRA FOTOGRAFI UDARA DAN SATELIT
Berikut ini adalah unsur-unsur
interpretasi citra fotografi udara dan satelit.
Rona dan
Warna
Rona (tone/color
tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang
berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih,
yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,7) μm. Berkaitan dengan
penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona
merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau
sebaliknya.
Warna
merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih
sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau
merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,5) μm,
(0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7) μm. Sebaliknya, bila objek menyerap sinar biru
maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek
akan tampak dengan warna kuning.
Berbeda
dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan tingkat
kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna
lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara pengukurannya, Estes et al. (1983)
mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih
mudah bila dibanding dengan pembedaan objek pada foto hitam putih. Pernyataan
yang senada dapat diutarakan pula, yaitu pembedaan objek pada citra yang
menggunakan spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra
yang dibuat dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna.
Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra multispektral.
Rona dan
warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna
dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona
atau warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak
bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan
warna disebut unsur dasar.
Bentuk
Bentuk
merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu
obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak
obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja. Bentuk, ukuran, dan
tekstur pada Gambar 1 dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder
dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan
termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan
paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang langsung dapat
dikenali berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.
Ada dua
istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape
dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedangkan form
merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci. Contoh shape
atau bentuk luar:
Contoh form atau bentuk
rinci:
·
Pada bumi
yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.
·
Wilayah
Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara kepulauan.
Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi
bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau.
Baik bentuk luar maupun bentuk
rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang penting. Banyak bentuk
yang khas sehingga memudahkan pengenalan obyek pada citra.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan
bentuk
·
Tajuk pohon
palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk bambu
berbentuk bulu-bulu
·
Gunungapi
berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segitiga yang alasnya
cembung
·
Batuan
resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya
telah berlangsung lanjut
·
Bekas meander
sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang berbentuk tapal
kuda
Ukuran
Ukuran ialah
atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Karena ukuran
obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran
sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.
Contoh pengenalan obyek berdasarka
ukuran:
·
Ukuran rumah
sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah
mukim umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau industri.
·
Lapangan
olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh
ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan
sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis.
·
Nilai kayu di samping
ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya. Volume kayu bisa
ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya, dan
diameter batang pohon.
Tekstur
Tekstur
adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau
pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar,
halus, dan belang-belang. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:
·
Hutan
bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
·
Tanaman padi
bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan
bertekstur kasar .
·
Permukaan
air yang tenang bertekstur halus.
Pola
Pola,
tinggi, dan bayangan pada peta dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan
tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan
bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan
bagi beberapa obyek alamiah. Contoh:
·
Pola aliran
sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola aliran trellis
menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air
kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik
mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa
pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat
pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan tebal oleh gletser yang
telah terkikis (Paine, 1981)
·
Permukaan
transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran
dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan.
·
Kebun karet,
kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak
tanamnya.
Bayangan
Bayangan
bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek
atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama
sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan
sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru
lebih tampak dari bayangannya.
Contoh:
·
Cerobong
asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari
bayangannya.
·
Tembok
stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto
berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.
·
Lereng
terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Situs
Bersama-sama
dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi pada
Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan
dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Situs diartikan dengan berbagai makna
oleh para pakar, yaitu:
·
Letak suatu
obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Di dalam
pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya situasi, seperti misalnya letak
kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan
terhadap parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi
juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak
suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang banyak
berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.
·
Letak obyek
terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975), seperti
misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang
tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van Zuidam (1979) disebutkan situs
topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.
Situs ini berupa unit terkecil dalam
suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti:
·
beda tinggi,
·
kecuraman
lereng,
·
keterbukaan
terhadap sinar,
·
keterbukaan
terhadap angin, dan
·
ketersediaan
air permukaan dan air tanah.
Lima faktor situs ini mempengaruhi
proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya.
Contoh:
·
Tajuk pohon
yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut
berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila
tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada
foto tersebut mungkin sekali nipah.
·
Situs kebun
kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengaturan air yang baik.
·
Situs
pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di
sepanjang tepi jalan.
Asosiasi
Asosiasi
dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain.
Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan
petunjuk bagi adanya obyek lain.
Contoh:
·
Di samping
ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang serta dengan
ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan sepak bola di tandai dengan adanya
gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola
berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan
lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih
besar.
·
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api
yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
·
Gedung
sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta
bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya
terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya
lapangan olah raga di dekatnya.
C. TEORI
DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+
METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN)
METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN)
Sistem satelit dalam penginderaan
jauh tersusun atas pemindai (scanner) dengan dilengkapi sensor pada wahana
(platform) satelit, dan sensor tersebut dilengkapi oleh detektor.
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
·
Penyiam
merupakan sistem, perolehan data secara keseluruhan termasuk sensor dan
detektor.
·
Sensor
merupakan alat untuk menangkap energi dan mengubahnya ke dalam bentuk sinyal
dan menyajikannya ke dalam bentuk yang sesuai dengan informasi yang ingin
disadap.
·
Detektor
merupakan alat pada sistem sensor yang merekam radiasi elektromagnetik.
Sistem Satelit Landsat
Satelit Landsat merupakan salah satu
satelit sumber daya bumi yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam
Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi
pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai
Landsat 3, generasi ini merupakan satelit percobaan (eksperimental) sedangkan
satelit generasi kedua (Landsat 4 dan Landsat 5) merupakan satelit operasional
(Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian
dan pengembangan (Sutanto, 1994). Satelit generasi pertama memiliki dua jenis
sensor, yaitu penyiam multi spektral (MSS) dengan empat saluran dan tiga kamera
RBV (Return Beam Vidicon).
Satelit generasi kedua adalah
satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MSS dan sensor Thematic Mapper
(TM). Perubahan tinggi orbit menjadi 705 km dari permukaan bumi berakibat pada
peningkatan resolusi spasial menjadi 30 x30 meter untuk TM1 - TM5 dan TM7 , TM
6 menjadi 120 x 120 meter. Resolusi temporal menjadi 16 hari dan perubahan data
dari 6 bits (64 tingkatan warna) menjadi 8 bits (256 tingkatan warna).
Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama
dititikberatkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi tabel
(2.1) Terakhir kalinya akhir era 2000- an NASA menambahkan penajaman sensor
band pankromatik yang ditingkatkan resolusi spasialnya menjadi 15m x 15m
sehingga dengan kombinasi didapatkan citra komposit dengan resolusi 15m x 15 m.
Tabel 2.1 Saluran Citra Landsat TM
Saluran
|
Kisaran
Gelombang (µm) |
Kegunaan Utama
|
1
|
0,45 – 0,52
|
Penetrasi
tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi
dan lahan.
|
2
|
0,52 – 0,60
|
Pengamatan
puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak diantara dua
saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis
vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat
|
3
|
0,63 – 0,69
|
Saluran
terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada salah
satu daerah penyerapan klorofil
|
4
|
0,76 – 0,90
|
Saluran
yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman.
Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.
|
5
|
1,55 – 1,75
|
Saluran
penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman, kondisi
kelembapan tanah.
|
6
|
2,08 – 2,35
|
Untuk
membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.
|
7
|
10,40 – 12,50
|
Klasifikasi
vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan tanah, dan
keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal.
|
8
|
Pankromatik
|
Studi
kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang
|
Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1979 dengan modifikasi)
Karakteristik Data Landsat TM
Data Landsat TM (Thematic Mapper)
diperoleh pada tujuh saluran spektral yaitu tiga saluran tampak, satu saluran
inframerah dekat, dua saluran inframerah tengah, dan satu saluran inframerah
thermal. Lokasi dan lebar dari ketujuh saluran ini ditentukan dengan
mempertimbangkan kepekaannya terhadap fenomena alami tertentu dan untuk menekan
sekecil mungkin pelemahan energi permukaan bumi oleh kondisi atmosfer bumi.
Jensen (1986) mengemumakan bahwa kebanyakan saluran TM dipilih setelah analisis nilai lebihnya dalam pemisahan vegetasi, pengukuran kelembaban tumbuhan dan tanah, pembedaan awan dan salju, dan identifikasi perubahan hidrothermal pada tipe-tipe batuan tertentu.
Jensen (1986) mengemumakan bahwa kebanyakan saluran TM dipilih setelah analisis nilai lebihnya dalam pemisahan vegetasi, pengukuran kelembaban tumbuhan dan tanah, pembedaan awan dan salju, dan identifikasi perubahan hidrothermal pada tipe-tipe batuan tertentu.
Data TM mempunyai proyeksi tanah
IFOV (instantaneous field of view) atau ukuran daerah yang diliput dari setiap
piksel atau sering disebut resolusi spasial. Resolusi spasial untuk keenam
saluran spektral sebesar 30 meter, sedangkan resolusi spasial untuk saluran
inframerah thermal adalah 120 m (Jensen,1986).
II. PENAFSIRAN CITRA SECARA VISUAL
Dasar Teori
Penafsiran citra visual dapat
didefiniskan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan
gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan
identifikasi obyek dan menilai maknanya ( howard, 1991 ). Penafsiran citra
merupakan kegiatan yang didasarkan pada deteksi dan identifikasi obyek
dipermukaan bumi pada citra satelit landsat TM7+. Dengan mengenali obyek-obyek
tersebut melalui unsure-unsur utama spectral dan spasial serta kondisi temporalnya.
Teknik penafsiran
Teknik penafsiran citra penginderaan
jauh diciptakan agar penafsir dapat melakukan pekerjaan penafsiran citra secara
mudah dengan mendapatkan hasil penafsiran pada tingkat keakuratan dan
kelengkapan yang baik. Menurut Sutanto, teknik penafsiran citra penginderaan
jauh dilakukan dengan menggunakan komponen penafsiran yang meliputi:
- data acuan
- kunci interpretasi citra atau unsur diagnostic citra
- metode pengkajian
- penerapan konsep multi spectral
1. Data acuan
Data acuan diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan dan kecermatan seorang penafsir, data ini bisa
berupa laporan penelitian, monografi daerah, peta, dan yang terpenting disini
data diatas dapat meningkatkan local knowledge pemahaman mengenai lokasi
penelitian.
2. Kunci interpretasi
citra atau unsur diagnostic citra
Pengenalan
obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Untuk itu identitas dan
jenis obyek pada citra sangat diperlukan dalam analisis memecahkan masalah yang
dihadapi. Karakteristik obyek pada citra dapat digunakan untuk mengenali obyek
yang dimaksud dengan unsur interpretasi. Unsur interpretasi yang dimaksud
disini adalah :
Rona / warna.
Rona / warna.
Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau
primer terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah
untuk identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual
menuntut tingkatan rona bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan
teknik penajaman citra ( enhacement) . Rona merupakan tingkat / gradasi keabuan
yang teramati pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara
hitam-putih. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya
elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang relative
lebih kering.
Warna merupakan ujud yang yang tampak mata dengan
menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum elektromagnetik tampak
( Sutanto, 1986). Contoh obyek yang menyerap sinar biru dan memantulkan sinar
hijau dan merah maka obyek tersebut akan tampak kuning. Dibandingkan dengan
rona , perbedaaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali
obyek secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra
multispektral.
Bentuk
Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh . Bentuk mempunyai dua makna yakni :
a. bentuk luar / umum
b. bentuk rinci atau sususnana bentuk yang lebih rinci dan spesifik.
Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh . Bentuk mempunyai dua makna yakni :
a. bentuk luar / umum
b. bentuk rinci atau sususnana bentuk yang lebih rinci dan spesifik.
Ukuran
Ukuran merupakan bagian informasi konstektual selain
bentuk dan letak. Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak , luas ,
tinggi, lereng dan volume (sutanto, 1986). Ukuran merupakan cerminan penyajian
penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok individu.
Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra
( Kiefer, 1979). Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampkan yang kecil,
tekstur sering dinyatakan kasar,halus, ataupu belang-belang (Sutanto, 1986).
Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, tanaman
padi bertekstur halus.
Pola
Pola merupakan karakteristik makro yang digunakan
untuk mendiskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia
dan beberapa obyek alamiah. Hal ini membuat pola unsure penting untuk
membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia. Sebagai contoh perkebunan
karet , kelapa sawit sanagt mudah dibedakan dari hutan dengan polanya dan jarak
tanam yang seragam.
Bayangan
Bayangan merupakan unsure sekunder yang sering embantu
untuk identifikasi obyek secara visual , misalnya untuk mengidentifikasi hutan
jarang, gugur daun, tajuk ( hal ini lebih berguna pada citra resolusi tinggi
ataupun foto udara)
Situs
Situs merupakan konotasi suatu obyek terhadap
factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan atau keberadaan suatu
obyek. Sirtus bukan cirri suatu obyek secara langsung, teapi kaitanya dengan
factor lingkungan. Contoh hutan mangrove selalu bersitus pada pantai tropic,
ataupun muara sungai yang berhubungan langsung dengan laut ( estuaria).
Asosiasi (korelasi )
Asosiasi menunjukkan komposisi sifat fisiognomi
seragam dan tumbuh pada kondisi habita yang sama. Asosiasi juga berarti
kedekatan erat suatu obyek dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kita identik
dengan adanya jaringan tarnsportasi jalan yang lebih kompleks dibanding
permukiman pedesaan. Konvergensi bukti Dalam proses penafsiran citra
penginderaan jauh sebaiknya digunakan unsure diagnostic citra sebanyak mungkin.
Hal ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsure diagnostic citra yang
digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai pada suatu kesimpulan suatu
obyek tertentu. Konsep ini yang sering disebut konvergensi bukti. Sebagai
contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Konsep konvergensi ini dapat diterapkan pada proses penafsiran citra Landsat Tm7+ dimana para penafsir memulai pertimbangan umu dilanjutkan ke pertimbangan khusus pada suatu obyek.
3. Metode pengkajian
Penafsiran citra pj lebih mudah
apabila dimulai dari pengkajian dengan pertimbangn umum ke pertimbangan khusus
/ lebih spsifik dengan metode konvergensi bukti.
4. Penerapan konsep
multispektral
Konsep ini menganjurkan untuk
menggunakan beberapa alternative penggunaan beberapa band secara bersamaan.
Kegunaannya adalah untuk memudahkan interpretasi dengan mempertimbangkan
kelebihan masing masing penerapan komposit band tersebut.
Pada citra dengan komposit band 543, dapat dengan
mudah dibedakan antara obyek vegetasi dengan non vegetasi, obyek bervegetasi
dipresentasikan dengan warna hijau, tana kering dengan warna merah, komposist
ini paling popular untuk penerapan di bidang kehutanan (Departemen kehutanan).
Citra dengan komposit band 432, mempunyai kelebihan untuk membedakan obyek kelurusan seperti jalan dan kawasan perkotaan. Jaringan jalan dipresentasikan dengan warna putih.
Citra dengan komposit band 543, mempunyai kelebihan mudah untuk membedakan obyek yang mempunyai kandungan air atau kelembapan tinggi. Obyek dengan tingkat kelembapan atau kandungan air tinggi akan dipresentasikan dengan rona yang lebih gelap secara kontras. Contoh obyek tambak akan tampak berwarna biru kehitaman dengan bentuk kotak teratur., komposit ini membantu dalam pembedaan hutan rawa dengan hutan lahan kering, sawah dengan padi tua ataupun sawah dengan awal penanaman.
Citra dengan komposit band 432, mempunyai kelebihan untuk membedakan obyek kelurusan seperti jalan dan kawasan perkotaan. Jaringan jalan dipresentasikan dengan warna putih.
Citra dengan komposit band 543, mempunyai kelebihan mudah untuk membedakan obyek yang mempunyai kandungan air atau kelembapan tinggi. Obyek dengan tingkat kelembapan atau kandungan air tinggi akan dipresentasikan dengan rona yang lebih gelap secara kontras. Contoh obyek tambak akan tampak berwarna biru kehitaman dengan bentuk kotak teratur., komposit ini membantu dalam pembedaan hutan rawa dengan hutan lahan kering, sawah dengan padi tua ataupun sawah dengan awal penanaman.
Penafsiran Citra
Penafsiran citra secara visual memliki arti hubungan
interaktif (langsung) dari penafsir dengan citra, artinya ada prose perunutan
dari penafsir untuk mengenalai obyek hingga prose pendeliniasian batas obyek
untuk medefiniskan obyek tersebut. Penafsiran citra secara manual pada awalnya
dengan cara deliniasi obyek pada citra cetak kertas (hardcopy) yang telah
dilakukan preprocessing lebih dulu. Perkembangan tehnologi hardware dan software
memungkinkan penafsiran langsung dikomputer dengan metode on screen digitize.
Meskipun memanfaatkan computer. Metode ini masih termasuk interpretasi secara
manual. Hasil dari metode ini adalah data kalsifikasi tematik dalam format
vector. Kodifikasi data ( encoding) dapat secara langsung dilakukan. Sehingga
metode ini sering dikenal juga metode penafsiran interaktif.
Kelebihan dari metode ini adalah penafsir dapat
memperhitungkan konsteks spasial wilaya pada saat penafsiran dengan melibatkan
lebih dari satu elemen ( unit lahan, bentuk lahan, local knowledge dll) yang
tidak mungkin dapat dilakukan dengan metode klasifikasi digital secara
langsung. Keuntungan kedua adalah metode ini cocok untuk daerah pada ekuator
yang banyak tertutup awan.
Ada dua factor yang harus
diperhatikan pada metode ini yakni
1. Kaidah perbesaran (
Zooming)
Tingkat ketelitian pemetaan
disesuaikan dengan tingkat skala yang digunakan . semakin besar skala
pemetaannya semakin rinci informasi yang harus disajikan dan sebaliknya. Penafsiran
manual sangat tergantung dari visualisasi citra. Berbeda dengan penafsiran
digital yang tidak memperhitungkan skala.
Dimensi citra landsat Tm 7+ dapat memberikan ketelitian samapai skala 1 : 50.000. Satu hal yang menjadi kelemahan metode ini adalah ;luas visualisasi monitor computer, dimana semakin besar skala visualisasi semakin kecil luas citra yang tergambarkan begitu pula sebaliknya. Konsekuensi dari hal ini adalah kegiatan melakukan penggeseran visual citra setiap kali berpindah lokasi interpretasi. Dalam praktek ini skal visualisasi diupayakan maksimal 1 : 50.000 , hal ini untuk menjaga kualitas hasil penafsiran .
Dimensi citra landsat Tm 7+ dapat memberikan ketelitian samapai skala 1 : 50.000. Satu hal yang menjadi kelemahan metode ini adalah ;luas visualisasi monitor computer, dimana semakin besar skala visualisasi semakin kecil luas citra yang tergambarkan begitu pula sebaliknya. Konsekuensi dari hal ini adalah kegiatan melakukan penggeseran visual citra setiap kali berpindah lokasi interpretasi. Dalam praktek ini skal visualisasi diupayakan maksimal 1 : 50.000 , hal ini untuk menjaga kualitas hasil penafsiran .
2. Kartografi pemetaan
dalam penafsiran citra..
Akurasi geometric pemetaan melaui
penafsiran citra ditentukan oleh dua hal yakni :
- akurasi geometrik citra
- akurasi deliniasi antar obyek yang dipeetakan.
Akurasi geometric ditentukan oleh koreksi geometris yang dilakukan pada citra.
Akurasi deliniasi ditentukan oleh penafsir , apabila kedua hal ini telah dilakukan kaidah kartografis yang harus diperhatikan adalah ukuran luas polygon yang yang harus dideliniasi. Luasan sangat tergantung pada tujuan skala pemetaan yang direncanakan. Proses ini dikenal dengan nama generalisasi pemetaan. Aturannya menentukan luas polygon terkecil adalah 0,5 x 0,5 x skala pemetaan.
Berikut adalah skala generalisasi pemetaan pada tiap skala peta :
a. Skala pemetaan 1 : 50.000 luas polygon terkecil 1, 25 ha
b. Skala pemetaan 1 : 100.000 luas polygon terkecil 2, 5 ha
c. Skala pemetaan 1 : 250.000 luas polygon terkecil 6, 25 ha
- akurasi geometrik citra
- akurasi deliniasi antar obyek yang dipeetakan.
Akurasi geometric ditentukan oleh koreksi geometris yang dilakukan pada citra.
Akurasi deliniasi ditentukan oleh penafsir , apabila kedua hal ini telah dilakukan kaidah kartografis yang harus diperhatikan adalah ukuran luas polygon yang yang harus dideliniasi. Luasan sangat tergantung pada tujuan skala pemetaan yang direncanakan. Proses ini dikenal dengan nama generalisasi pemetaan. Aturannya menentukan luas polygon terkecil adalah 0,5 x 0,5 x skala pemetaan.
Berikut adalah skala generalisasi pemetaan pada tiap skala peta :
a. Skala pemetaan 1 : 50.000 luas polygon terkecil 1, 25 ha
b. Skala pemetaan 1 : 100.000 luas polygon terkecil 2, 5 ha
c. Skala pemetaan 1 : 250.000 luas polygon terkecil 6, 25 ha
Daftar pustaka cuy cantumin
BalasHapus